Pertanianku – Direktorat Jendral Perikanan Budidaya (DJPB) Aceh berupaya terus mendorong dan mengembangkan budi daya udang windu dan meningkatkan produksi udang windu. Pasalnya, udang windu menjadi komoditas primadona di Aceh, khususnya di Aceh Tamiang.
Menurut Dirjen Perikanan Budidaya, Slamet Soebjakto, kelebihan dari udang windu adalah tahan terhadap serangan penyakit dan pertumbuhannya lebih cepat jika dibandingkan dengan udang jenis lainnya.
“Udang windu bahkan sering jadi sumber daya genetik untuk disilangkan dengan jenis lain,” kata Slamet.
Jenis udang lainnya sangat susah menyediakan benihnya. Ini karena induk udang galah dan udang pisang agak sulit diperoleh. Namun, pengembangan udang galah dan udang pisang akan terus didorong bersama komoditas lainnya, seperti kepiting, rajungan, dan lobster. DJPB melalui Balai Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP) Ujung Bate akan terus berusaha menyediakan benih-benih komoditas tersebut.
Slamet Soebjakto memuji kinerja BPBAP Ujung Bante yang dianggap memuaskan. Salah satu dari sekian banyak prestasinya adalah menyediakan 6 juta benih udang windu dan udang galah untuk memenuhi kebutuhan para petambak di Aceh Tamiang, yang diberikan sebagai bantuan.
Pasalnya, Aceh merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi besar untuk budi daya udang windu dan jenis perikanan lainnya. Potensi itu harus benar-benar dimanfaatkan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat melalui usaha perikanan.