Pertanianku – Ikan lele merupakan komoditas utama perikanan. Ini karena permintaan akan ikan lele terus meningkat. Terlebih, banyak masyarakat menyukai ikan ini karena dianggap memiliki rasa yang lezat. Saat ini pun kuliner yang menyajikan menu ikan lele sangat menjamur. Inilah yang membuat ikan lele memiliki nikai ekonomis yang cukup tinggi.
Perkembangan teknologi pada budidaya ikan lele cukup berkembang pesat. Salah satunya, sistem Catfish Farming in Recirculation System Tank (C-First). Sistem ini masih terbilang baru. Oleh karena itu, masih belum banyak dikenal dan baru sedikit peternak yang menerapkannya. Untuk itulah peluang budidaya ikan lele dengan sistem C-First masih sangat terbuka lebar untuk Anda.
Penerapan sistem C-First dirasa cukup efektif untuk dijalankan. Hal ini karena budidaya ikan lele C-First dapat mendongkrak produksi ikan hingga 8 kali lipat dibanding hanya melakukan budidaya dengan cara konvensional. Sangat menggiurkan bukan?
Pada budidaya ikan lele menggunakan sistem C-First bisa menghasilkan 250 kg dalam sekali panen, dari kolam berukuran 1 meter kubik saja. Sungguh luar biasa bukan? Padahal, dengan cara lain, biasanya hanya mampu menghasilkan 31 kg. Dengan begitu, peningkatan bisa mencapai 800%.
Mekanisme pelaksanaan budidaya ikan lele dengan sistem sistem C-First
Catfish Farming in Recirculation System Tank atau C-First adalah sistem budidaya resirkulasi, yang sangat layak diterapkan. Kandungan oksigennya menjadi semakin baik. Ini karena air mengalir sepanjang waktu. Dengan begitu, perubahan amonia atau nitrifikasi menjadi nitrit, selanjutnya nitrit diubah menjadi nitra, akan berlangsung dengan baik.
Senyawa racun yang bisa menyebabkan kematian pada ikan lele, juga tidak akan terbentuk. Jadi meskipun populasi ikan sangat padat, tetap bisa hidup dengan nyaman. Filter mekanik berupa zeolit dan arang, juga membantu penurunan kadar fosfat hingga 0,021 mg per liternya. Metabolisme ikan akan terganggu dan dapat mengakibatkan kematian, kalau konsentrasi fosfat sangat tinggi pada air.
Budidaya ikan lele dengan sistem C-First diperkenalkan pertama kali oleh Dr. TB Haeru Rahayu, MSc. Sistem ini diciptakan agar para pembudidaya ikan lele dapat menghasilkan panen lebih banyak. Metode ini bertujuan menekan jumlah limbah dan agar penggunaan energinya lebih efisien. Sistem sirkulasi untuk pembenihan biasa diterapkan oleh pembudidaya ikan di Belanda.
Penerapan sistem C-First, membuat kolam mendapatkan sirkulasi sepanjang waktu. Pompa dengan daya 125 watt diandalkan untuk mengalirkan airnya. Jadi, jika listrik padam, genset menjadi solusinya.
Air di dalam kolam akan mengalir melintasi talang berukuran 10 cm. Kemudian menuju ke filter mekanik. Filter itu akan menyaring partikel kasar. Seterusnya, air ditampung dalam bak pengendapan. Pada bak tersebut partikel halus akan terperangkap. Kemudian air akan dipompa menuju atas, melintasi filter biologis. Filter ini berisi bola-bola berwarna hitam, yang dinamakan bioball.
Pada filter biologis tersebut akan terjadi proses nitrifikasi. Tahapan terakhir adalah air akan masuk ke dalam bak kontrol. Selanjutnya, air mengalir ke seluruh kolam. Agar filter terebut bisa berfungsi, setiap minggunya harus dibersihkan supaya kotoran bisa dihilangkan lebih mudah.