Pertanianku – Jambu mete atau jambu monyet merupakan salah satu buah yang dapat menghasilkan biji yang bernilai ekonomis tinggi. Biji yang dihasilkan oleh jambu mete dikenal dengan nama kacang mete. Kacang mete memiliki harga yang cukup mahal. Dan Indonesia merupakan salah satu negara yang mengekspor kacang mete. Bisa dikatakan menjalankan bisnis budidaya jambu mete sangat menggiurkan dan berpotensi besar.
Untuk membudidayakannya, jambu mete akan tumbuh dengan baik di dataran tinggi. Namun, bukan berarti di dataran rendah Anda tidak bisa menanamnya, hanya saja hasil akan lebih optimal jika penanaman dilakukan di daerah beriklim sejuk.
Pada masa pertumbuhan, jambu mete akan berkembang dengan maksimal dan sempurna pada masa pembungaan. Terlebih, jika hujan tidak terlalu sering turun, proses pembungaan akan sempurna. Jadi, bisa dikatakan kualitas buah akan terjamin jika pendewasaan buah terjadi pada musim kemarau.
Jambu mete bisa beradaptasi dengan lingkungan yang sangat kering karena sistem perakarannya yang menyebar luas sehingga air tanah bisa dicapai dengan mudah. Untuk daerah kering dengan curah hujan 800—1.000 mm per tahun, tanah dalam yang mudah dikeringkan diperlukan, tetapi tanpa lapisan yang tidak bisa dilalui oleh air.
Penanaman
Pada proses budidaya jambu mete, perbanyakan tanaman sangat penting dilakukan. Untuk melakukan perbanyakan, petani dapat menggunakan buah geluk jambu mete yang telah matang di pohon. Buah geluk kering dengan kandungan air yang rendah bisa digunakan sebagai bibit dengan jangka waktu satu tahun. Untuk mendapatkan pohon yang baik dan mampu tumbuh maksimal, pembibitan dilakukan dengan memilih benih dari pohon jambu mete dengan kualitas terbaik. Namun, benih yang diambil dari pohon dengan sistem penyerbukan terbuka sebaiknya tidak digunakan untuk keperluan pembibitan.
- Pembibitan vegetatif
Untuk mendapatkan bibit dengan kualitas terbaik, perbanyakan sebaiknya dilakukan dengan klon melalui proses pencangkokan terutama pencangkokan dahan. Perbanyakan dengan sistem penempelan mata tunas serta dengan sistem pengentenan pucuk juga bisa dilakukan dengan tingkat keberhasilan yang cukup tinggi. Perbanyakan dengan setek juga bisa dilakukan meskipun bibit yang dihasilkan tidak begitu banyak sehingga kurang bisa memenuhi kebutuhan penanaman di lapangan.
- Kultur jaringan
Selain perbanyakan vegetatif yang sudah lazim dilakukan oleh petani, perbanyakan bibit jambu mete dengan sistem kultur jaringan rupanya sudah berhasil dilakukan di Belgia. Namun, keberhasilan ini masih merupakan tahap yang sangat awal.
- Penanaman benih
Tanah gembur sangat diperlukan untuk proses perkecambahan dan pertumbuhan tanaman jambu mete fase awal. Untuk itu, yang harus dilakukan adalah menggali lubang tanam pada tanah padat sedalam 50 cm yang kemudian harus ditimbun dengan tanah yang sudah dicampur dengan pupuk kompos atau pupuk kandang. Dalam satu lubang, masukkan tiga butir benih jambu mete. Dari tiga butir benih yang ditanam, salah satu benih yang sudah tersemai paling baik dipertahankan.
Penanaman bibit klon
Cara tanam dengan bibit klon perlu diperhatikan dengan lebih saksama. Ini karena caranya sedikit berbeda dengan menggunakan benih. Klon ditanam dengan jarak 12—15 m untuk mendapatkan produksi buah yang maksimal karena kanopi pohon menjadi lebih luas. Namun demikian, lebar maksimal kanopi juga akan dipengaruhi oleh bibit serta keadaan iklim.
Pemeliharaan
Setelah menanam bibit dengan cara tanam yang tepat, hal selanjutnya yang harus dilakukan adalah melakukan penyiangan dan pembersihan gulma.
Pemupukan
Budidaya jambu mete yang baik harus pula diimbangi dengan pemupukan yang tepat untuk mendorong proses pertumbuhan semaian serta pertumbuhan bunga pada usia yang relatif muda. Pupuk nitrogen sejumlah 13 kg, P2O5 sejumlah 4 kg, dan K2O sejumlah 3 kg dibutuhkan untuk memproduksi kurang lebih 420 kg buah geluk mentah setiap hektare penanaman jambu mete. Pemotongan cabang dan dahan pohon jambu mete juga perlu dilakukan untuk memicu pertumbuhan tunas yang akan membentuk kanopi tanaman.