Budidaya Padi Ramah Lingkungan Berhasil Melakukan Panen Perdananya

Pertanianku — Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) melalui Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Barat sedang memperkenalkan Budidaya Padi Ramah Lingkungan (BPRL). Budidaya tersebut dapat menjadi solusi untuk menanggulangi dan mengantisipasi kerusakan tanah yang dapat mengganggu produktivitas tanaman. Saat ini budidaya padi ramah lingkungan tersebut telah berhasil melakukan panen perdananya dengan hasil yang menarik.

budidaya padi ramah lingkungan
foto: pertanianku

Panen perdana tersebut berlangsung di area demplot di Desa Cibiuk Kaler, Kecamatan Cibiuk, Kabupaten Garut. Melalui budidaya padi ramah lingkungan, hasil panen di kawasan tersebut meningkat sebanyak 2,4 ton/hektare. Ketua Poktan Salem Sari, Yuyun Wahyuna mengatakan bahwa rata-rata panen di kawasan tersebut tanpa BPRL hanya berkisar 6 ton/hektare, saat ini panen yang dihasilkan mencapai 8,43 ton/hektare.

“Kalau bisa dibilang mah sangat-sangat puas dan gembira dengan hasilnya, Alhamdulillah,” kata Yuyun Wahyuna seperti dikutip dari laman litbang.pertanian.go.id.

BPRL menggunakan demplot varietas unggul baru (VUB) padi khusus dan VUB spesifik lokasi berbasis teknologi BPRL yang sudah dikenalkan sejak 2021. Saat ini inovasi budidaya ramah lingkungan tersebut sudah diterapkan pada lahan seluas 11 hektare dan varietas yang digunakan adalah Inpari 32, Inpari 43 GSR, Inpari 47, Inpari 39, Cakrabuana, Mantap, dan Pamelen.

Plt. Kepala BPTP Jawa Barat, Dr. Ir.Wiratno, M. Env.Mgt mengatakan teknologi BPRL ini berhasil menekan penggunaan pupuk kimia sebesar 70 persen.

“Kami memiliki teknologi dan apabila teknologi ini betul-betul diterapkan sesuai dengan aturannya, kami sama-sama bisa membuktikan dari 6 ton/hektare menjadi rata-rata 8,4 ton/hektare sehingga ada peningkatan 2,5 ton/hektare, terjadi penghematan biaya operasional dan kalau saya hitung-hitung dengan 1 hektare itu bisa menambah pendapatan petani sebesar Rp11 juta/hektare,” papar Wiratno.

Anggota Komisi IV DPR RI, Haerudin, S.Ag., M.H. yang ikut hadir dalam panen perdana tersebut mengapresiasi upaya Kementan. Menurut Haerudin teknologi BPRL sudah menjadi bukti yang bisa dicontoh oleh petani lain dalam mengatasi lahan sakit akibat pengggunaan bahan kimia yang sudah berlangsung secara terus-menerus.