Budidaya Shungiku Organik, Budidaya Sayuran Asal Jepang

Pertanianku — Sudah bukan rahasia lagi jika sayuran organik memiliki kandungan yang lebih tinggi dibanding sayuran konvensional. Sayuran tersebut dihasilkan dari beragam jenis bahan organik dan meminimalisir penggunaan bahan kimia yang dapat menurunkan kadar nutrisi dalam sayur. Salah satu budidaya sayur organik yang digunakan adalah budidaya shungiku organik.

shungiku organik
foto: Amazon

Teknik ini dikenalkan oleh Jepang yang membudidayakan tanaman famili Asteraceae yang sudah masuk ke Indonesia sejak 1992. Meskipun sayuran pendatang, pasar lokal pun bisa menerima dengan harga baik dan menjanjikan. Bahkan, pada beberapa kesempatan harganya bisa melonjak tinggi, apalagi jika dihasilkan secara organik. Hal tersebut dapat menjadi peluang bisnis yang menjanjikan.

Shungiku yang ditanam secara organik memiliki tingkat produktivitas yang lebih tinggi, sebesar 2,4 kg/m2. Angka produktivitas yang berbanding jauh dari shungiku yang dihasilkan secara konvensional hanya sebesar 0,14 kg/m2. Hasil sebanyak itu bisa Anda dapatkan hanya dengan memanfaatkan kotoran ayam dan kotoran kelinci yang digunakan sebagai pupuk tanaman.

Sebelum menanam, Anda harus mengolah lahan dengan cara menyiapkan bedengan sepanjang 20 m, lebar 1 m, dan tinggi 30 cm. Selanjutnya, taburkan 1 kg kotoran ayam untuk lahan seluas 1 m2 menjadi pupuk dasar dan campuran media semai. Kotoran ayam yang digunakan tidak akan menimbulkan gulma yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman karena ayam memakan biji-bijian dan pelet yang dicerna dengan sempurna.

Sementara, kotoran kambing, domba, dan sapi memakan rumput-rumputan. Biji rerumputan sangat sukar tercerna sehingga pada kotoran ternak tersebut masih terdapat biji rerumputan yang berpotensi menjadi gulma.

Namun, sayangnya benih shungiku terbilang cukup mahal dan petani yang ingin menanam sayuran ini harus mengeluarkan modal yang cukup besar. Anda yang sudah berhasil menanam shungiku bisa menghasilkan benih sendiri dengan membungakan 10 dari 1.000 tanaman. Untuk lahan seluas 3.000 m2, Anda membutuhkan 100 gram benih. Tingkat perkecambahan benih sayuran impor ini sendiri bisa mencapai 80 persen.

Sebelum ditanam pada lahan, benih disemai pada bedengan berukuran 100 m × 1,5 m, tanaman  harus disirami sebanyak tiga hari saat kemarau dan pada musim hujan cukup seminggu sekali. Setelah berumur 2 pekan, bibit bisa dipindahkan ke lahan pada pagi hari pukul 07.00—10.00 saat intensitas cahaya tidak tinggi.

Shungiku bisa ditanam polikultur dengan daun bawang dengan pola zigzag. Penanaman tumpang sari tersebut juga bertujuan mengurangi trips yang mengancam pohon shungiku. Tanaman harus disiram setiap hari saat kemarau dan cukup seminggu sekali saat musim hujan. Berikan pupuk urine kelinci setiap 6 hari sekali setelah tanaman dipindahkan ke lahan.

Panen perdana sudah bisa dilakukan setelah 21 hari masa tanam dan panen-panen selanjutnya dapat dilakukan dengan interval 2 pekan dan bisa berlangsung sebanyak 10 kali.