Pertanianku — Bali memiliki agroekosistem dataran rendah dan tinggi yang sangat berpotensial untuk dikembangkan menjadi tempat pengembangan tanaman hias seperti krisan. Pasalnya, pangsa pasar tanaman hias bunga krisan sendiri cukup menjanjikan. Dari 2019 sebelum pandemi, Bali sudah berhasil mendatangkan krisan rata-rata sebanyak 1.527.720 batang per bulan. Dengan asumsi harga per batang Rp1.500, nilai ekonominya mencapai Rp2,2 miliar per bulan.

“Kebutuhan bunga ini sudah tentu lebih banyak lagi dengan adanya potensi ekspor, upacara perkawinan, dan pesta-pesta lainnya. Pada tahun 2019, Bali mengekspor sekitar 41.439 batang,” tutur I Made Rai Yasa, Kepala BPTP Bali seperti dikutip dari laman litbang.pertanian.go.id.
Rai Yasa menjelaskan, produksi krisan sempat mengalami penurunan dari 1.071.196 di 2015 ke 119.850 batang pada 2018. Penurunan tersebut disebabkan oleh beberapa masalah, seperti serangan penyakit karat daun yang diduga berasal dari bibit yang sudah terinfeksi, penggunaan benih yang belum jelas sertifikasinya, belum adanya penangkar benih krisan di Bali, dan masih minimnya pengetahuan petani tentang teknologi budidaya krisan.
“Kami dapat simpulkan Bali merupakan salah satu daerah konsumen krisan sekaligus merupakan eksportir krisan. Akan tetapi, realitanya luas tanamnya terus menurun. Oleh karena itu, dibutuhkan demplot inovasi teknologi bunga krisan, baik di dataran rendah maupun dataran tinggi di Bali,” paparnya.
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Dr. Fadjry Djufry menjelaskan bahwa potensi tanaman hias di Indonesia masih sangat melimpah.
“Kita memiliki plasma nutfah yang banyak tidak dimiliki oleh dunia internasional. Tanaman hias punya nilai jual yang sangat besar, punya nilai estetika dan banyak lagi nilai lain yang tidak dimiliki komoditas lain,” ungkapnya.
Pada 2021 ini Balitbangtan memilih Kabupaten Buleleng Bali sebagai sebagai lokasi Riset Pengembangan Inovatif Kolaboratif (RPIK) bunga krisan adaptif di dataran rendah. Pemilihan tersebut juga bertujuan meningkatkan produksi dan nilai tambah bunga krisan di Bali.
Kepala Balai Penelitian Tanaman Hias (Balithi) Dr. Muhamad Thamrin menyampaikan bahwa program RPIK di Buleleng ditargetkan dapat menjadi sarana untuk membangkitkan perekonomian. Menurutnya, potensi pengembangan bunga krisan di Buleleng sangat besar dan terbuka lebar.