Burung Hantu dapat Kendalikan Hama Tikus, Benarkah?

Pertanianku – Saat ini populasi tikus terus meningkat setiap tahunnya. Hal ini tentu menjadi ancaman bagi para petani. Terdapat beberapa kendala mengapa populasi tikus semakin meningkat. Salah satunya, karena jumlah pemangsa tikus yang semakin berkurang seperti ular.

Saat ini banyak pemburuan ular yang dilakukan oleh manusia untuk diperdagangkan daging dan empedunya. Konsekuensinya, ekosistem dan rantai makanan di alam menjadi terganggu. Perkembangbiakan populasi tikus semakin meningkat tak terkendali karena jumlah predator alaminya yang semakin berkurang.

Para petani masih memilih cara yang dianggap mereka lebih praktis untuk menekan populasi tikus yang telah merugikan banyak petani. Penggunaan racun tikus dan obat-obatan kimiawi lainnya, masih menjadi pilihan utama bagi para petani. Padahal, dengan penggunaan racun tikus dan obat-obatan ini justru akan berdampak pada pencemaran lingkungan sekitarnya.

Selama ini penggunaan racun tikus dan obat-obatan kimiawi masih dianggap belum efektif untuk membasmi hama tikus. Petani beranggapan bahwa tikus adalah hewan yang cerdik, karena itu tikus mampu belajar dari pengalaman atau belajar dari apa yang dialami temannya. Dan jika penggunaan racun tikus dan obat-obatan kimiawi dilakukan dalam jumlah yang besar oleh petani, dampak yang ditimbulkan justru akan merugikan petani sendiri. Hal ini akan mengakibatkan tercemarnya lingkungan di sekitar.

Bahkan, di beberapa daerah sudah dimulai sebuah inisiasi pengendalian hama tikus menggunakan predator alami burung hantu. Burung hantu menjadi pilihan karena kemampuannya untuk memangsa tikus dalam jumlah yang banyak. Selain itu, penggunaan burung hantu juga dianggap lebih efisien daripada menggunakan racun tikus dan obat-obatan kimiawi yang diproduksi pabrik. Ini karena burung hantu akan hidup dan berkembang biak secara alami tanpa harus ada pemeliharaan yang khusus dari petani.

Burung hantu yang paling banyak dimanfaatkan petani sebagai pemangsa tikus alami adalah jenis Tyto Alba. Burung hantu beraktivitas dan mencari makan di malam hari, atau disebut sebagai hewan nokturnal. Memiliki kemampan untuk memangsa tikus hingga lima ekor dalam semalam, bahkan bisa lebih. Ketika populasi tikus di sekitarnya banyak, burung hantu akan banyak membunuh tikus walaupun tidak akan dimakan semuanya, hanya mematikan tikus.

Sebagai hewan yang beraktivitas pada malam hari, burung hantu memiliki kemampuan mendengar suara tikus hingga jarak 500 meter lebih. Karena itu burung hantu tetap efisien digunakan sebagai predator alami tikus, walaupun berada pada sawah yang luas sekali pun. Hanya saja untuk memanfaatkan burung hantu, petani harus menyediakan atau membuatkan sarang buatan untuk burung hantu. Ini karena burung hantu tidak membuat sarangnya sendiri, burung hantu lebih sering menggunakan sarang-sarang burung lain yang sudah ditinggalkan.

Untuk membuat sarang burung hantu sebenarnya cukup mudah, petani cukup menyediakan rumah burung hantu buatan berbentuk seperti kandang merpati. Bisa menggunakan papan atau bambu, yang terpenting adalah berbentuk menyerupai sarang/kandang. Rumah burung hantu ini selanjutnya di taruh di tengah, atau di sekitar areal lahan pertanian, bisa ditempatkan di pohon atau menggunakan tiang bambu agar letaknya lebih tinggi. Rumah burung hantu tersebut akan menjadi tempat singgah dan juga bisa menjadi tempat tinggal dari burung tersebut.

Karena populasi burung hantu yang sudah semakin berkurang, sebaiknya petani juga mencari burung hantu untuk ditempatkan pada rumah burung hantu yang telah dibuat. Jika mengandalkan burung hantu untuk datang sendiri, mungkin butuh waktu yang lama. Dengan mengembalikan keberadaan burung hantu di alam sebagai pemangsa utama tikus, populasi tikus bisa ditekan.