Cara Budidaya Daun Insulin

Petanianku – Anda pernah mendengar tanaman yakon? Jika belum, sebaiknya Anda harus mengenal jenis tanaman satu ini. Yakon atau nama Latinnya Smallanthus sonchifollius, biasa dikenal orang bernama insulin ini memiliki khasiat bagi kesehatan manusia. Daun insulin dipercaya bisa mengobati penyakit diabetes.

Cara Budidaya Daun Insulin

Peluang pasar yang masih besar membuat Anto Widi membudidayakan daun insulin, di lahannya yang berada di Desa Kaliurip, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah. Anto telah mengembangkan tanaman ini sejak 2012 lalu, di lahan sekitar 5.000 m2.

Selain untuk bahan baku obat, tanaman yang memiliki daun mirip seledri ini bisa diolah menjadi aneka makanan dan minuman seperti teh, sirup, puding, dan selai. Daun ini memiliki kandungan fruktosa yang terdiri atas 35% fruktosa bebas dan 25% fruktosa terikat. Kandungan fruktosa itulah yang mencegah penderita diabetes dari hiperglikemia atau kadar gula darah tinggi. Soal pemasarannya, Anto menjual tanaman ini ke berbagai produsen obat herbal secara online. Pelanggannya pun menyebar di berbagai wilayah Indonesia seperti Jakarta, Bandung, Kalimantan, Nusa Tenggara, dan Papua.

Anto biasa menjual daun insulin seharga Rp250.000,00/kg. Harga jual itu lebih tinggi dibandingkan 2014 lalu yang hanya Rp150.000,00/kg. Dengan harga jual itu, Anto mampu meraup omset Rp20 juta/bulan. “Membudidayakan daun insulin sangat mudah jika ditanam pada iklim yang mendukung.  Tanaman ini bisa dipanen hingga umur 7–8 bulan atau sekitar enam kali panen dalam 1 siklus budidaya,” tutur Anto.

Inilah teknik membudidayakan tanaman insulin:

  1. Siapkan sumber bibit berupa anakan dari tanaman tua (tanaman tua rata-rata 7–8 anakan). Kemudian pisahkan dengan cara dicabut dari indukan, tetapi tak mengganggu perakaran.
  2. Tanam anakan di bedengan tanah untuk pembibitan dengan jarak tanam 10×10 cm. Bibit siap tanam pada umur 14 hari setelah tanam diletakkan dalam polibag atau saat tinggi bibit maksimal 5 cm. Sambil menunggu bibit siap tanam, cangkul tanah hingga kedalaman 30– 40 cm agar tanah gembur. Tujuannya mempermudah pertumbuhan akar.
  3. Buat bedengan berukuran 1×3 m. Setiap bedengan terdiri atas 12 tanaman dengan jarak tanam 50×50 cm. Jarak antarbedengan kira-kira satu meter. Jadi, di lahan 1 hektar terdapat rata-rata 1.666 bedengan dengan jumlah populasi 19.992 tanaman. Berikan 500 gram pupuk kotoran kambing matang per lubang tanam atau 6 kg per bedengan. Pupuk kemudian ditaburkan di permukaan bedengan dan diaduk hingga merata.
  4. Tutup bedengan dengan mulsa plastik.
  5. Buat lubang berdiameter 10 cm di permukaan mulsa dengan jarak antarlubang 50×50 cm.
  6. Pindahkan bibit dari dalam polibag ke lubang tanam. Penanaman sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan atau biasanya September.
  7. Selang 15 hari setelah ditanam, berikan pupuk lanjutan berupa pupuk KCl. Larutkan pupuk dengan konsentrasi 4 kg per 200 liter air (1 drum), kemudian siramkan 50 ml ke setiap lubang tanam. Setiap satu drum larutan pupuk cukup untuk lahan 2.000 m2.
  8. Siram tanaman secara rutin. Saat musim hujan penyiraman minimal 2 minggu sekali, saat musim kemarau dilakukan lima hari sekali. Adapun penyiangan cukup sekali pada umur sebulan setelah pindah tanam.
  9. Daun yakon dapat dipanen pada umur 2,5 bulan setelah tanam. Panen pertama untuk merangsang pertumbuhan daun. Panen daun yakon hingga tersisa 2–3 helai daun dari pucuk. Kembali panen dari tanaman sama 25–30 hari setelah panen. Tanaman ini dapat dipanen hingga umur 7–8 bulan atau sekitar enam kali panen dalam satu siklus budidaya.