Cara Memacu Produktivitas Gurami

Pertanianku   Permasalahan utama gurami adalah pertumbuhannya yang relatif lebih lambat dibandingkan ikan air tawar lainnya, apalagi untuk mencapai ukuran konsumsi. Beberapa kegiatan atau alternatif telah banyak dilaksanakan untuk mengatasi permasalahan tersebut. Tercatat, ada beberapa perbaikan melalui teknologi pakan, perbaikan lingkungan, sampai penggunaan suplemen juga telah dilakukan. Namun, hasil yang dicapai masih belum memberikan kepuasan yang diharapkan.

Kiat Memilih Induk Gurami

Untuk itu, upaya yang bisa dilakukan adalah perlunya perbaikan pada faktor genetik. Ada dua Cara Memacu Produktivitas Gurami yang bisa dilakukan melalui genetika, yaitu cara konvensional dan inkonvensional. Perbaikan secara:

A. Secara Konvensional

Secara umum, telah beredar beberapa varietas gurami yang biasa dibudidayakan, antara lain adalah varietas bastar, paris, dan blusafir. Masing-masing varietas memiliki keunggulan tersendiri, terutama dari jumlah telur yang dihasilkan. Induk blusafir dengan berat 2,5 kg dapat memproduksi telur antara 7.000—10.000 butir. Induk bastar dengan berat 2 kg mampu menghasilkan telur sebanyak 4.000—7.000 butir. Sementara induk betina varietas parís dengan berat 1,5 kg dapat menghasilkan telur sebanyak 3.000—4.000 butir.

Berdasarkan informasi tersebut, dilakukan kajian di lapangan dengan menggunakan salah satu program pemuliaan, yaitu hibridisasi. Hibridisasi dipilih untuk meningkatkan produktivitas dan laju pertumbuhan gurami. Ada juga program pemuliaan lainnya, yaitu seleksi. Namun, program ini belum digunakan karena pertimbangan waktu yang dibutuhkan untuk mencapai satu generasi cukup lama.

Secara genetika, antarvarietas gurami tidak memiliki perbedaan yang nyata. Gurami blusafir mempunyai variasi genetik yang tertinggi diikuti oleh varietas bastar dan paris. Namun, gurami paris merupakan jenis yang paling sering memijah. Dilihat dari kekerabatannya, tercatat bahwa gurami paris dan blusafir merupakan saudara terdekat dibandingkan dengan varietas bastar. Berdasarkan hasil analisa genetika tersebut, beberapa pasangan yang diduga mempunyai potensi dalam meningkatkan produktivitas adalah persilangan antara bastar dengan paris dan bastar dengan blusafir atau sebaliknya.

Hasil pengujian di lapangan menunjukkan bahwa dari pasangan tiga varietas yang diuji coba (enam pasangan hibridisasi), ternyata pasangan bastar dengan paris merupakan pasangan dengan jumlah produksi telur terbanyak. Pasangan ini mampu meningkatkan jumlahtelur dan sintasan hingga 30% dan 20%. Sementara itu, pada pasangan varietas bastar dengan blusafir, laju pertumbuhan dapat meningkat hingga 35% untuk mencapai ukuran silet. Jadi, secara total penggunaan hibrida dari varietas yang tepat dapat meningkatkan produktivitas antara 30—45%.

B. Secara Inkonvensional

Selain program pemuliaan yang konvensional, perbaikan produktivitas gurami juga dicoba melalui jalur inkonvensional yaitu transgenik. Transgenik yang sudah dicoba adalah memasukkan hormon pertumbuhan yang berasal dari gurami varietas unggul untuk menambah jumlah hormon yang ada pada benih gurami. Urutan DNAhormon pertumbuhan gurami telah berhasil ditelusuri dan diekstrak serta diproduksi, kemudian dititipkan atau disuntikkan pada larva gurami.

Upaya penyuntikan hormon pertumbuhan gurami dilakukan ke dalam telur yang sudah dibuahi, terutama di awal pembelahan sel yang pertama, yaitu sekitar 5 menit setelah fertilisasi dilakukan. Namun, perlakuan tersebut ternyata masih belum mencapai hasil yang memuaskan. Pemijahan buatan pada gurami dengan metode stripping pun juga masih mengalami kesulitan dalam mengumpulkan sperma dari induk jantan yang warnanya bening sehingga sukar dibedakan dengan urinnya.

Upaya lainnya adalah dengan menggunakan elektroporasi, yaitu dengan menitipkan hormon pertumbuhan pada sperma gurami. Pada perkembangan terakhir, Balai Riset Perikanan Budi Daya Air Tawar (BRPBAT) bekerja sama dengan IPB dan BPPT telah berhasil menitipkan gen hormon pertumbuhan pada sperma gurami yang masih bersifat motil sekitar 90%. Untuk tahap pengerjaan selanjutnya adalah pembuahan telur dengan menggunakan sperma bermuatan gen hormon pertumbuhan. Sperma yang sudah dititipi hormon pertumbuhan ini akan digunakan untuk membuahi telur dari induk betina. Benih yang dihasilkan diperkirakan akan memiliki pertumbuhan yang lebih cepat sekitar 50% dibandingkan gurami biasa (seperti terjadi pada ikan patin). Jadi, jika biasanya untuk mencapai ukuran konsumsi atau daging memerlukan waktu 1—1,2 tahun pada gurami biasa maka waktu yang dibutuhkan oleh gurami transgenik hanya sekitar 6—8 bulan saja. Diharapkan produksi varietas ini dilepas pada tahun 2011—2012.

 

Sumber: Buku Sukses Budidaya Gurami pit & Hemat Air