Cara Budidaya Baby Corn

Pertanianku Baby corn merupakan jagung muda yang dipanen dan banyak digunakan untuk bahan campuran sup, capcay dan olahan makanan lainnya. Baby corn banyak mengandung vitamin A, B 1,B 2, B6, C dan memiliki 1,7% serat.

Budidayakan Baby CornBaby corn merupakan tanaman sayur yang cocok ditanam di dataran tinggi dan rendah dengan ketinggian 0–1.300 meter di atas permukaan laut, dengan suhu optimum 23–27°C. Kondisi derajat keasaman pH tanah sekitar 5,5–7,0, kondisi tanah gembur, kaya akan humus, dan tingkat kemiringan yang tidak lebih dari 8% merupakan lahan yang cocok dijadikan kebun baby corn. Adapun beberapa daerah yang cocok dan menjadi sentra tanaman baby corn, juga sekaligus sentra jagung manis, antara lain Jawa Barat (Cirebon, Cisarua, Cimahi dan Ngamprah Kabupaten Bandung, serta Garut), Jawa Tengah (Grobogan), Jawa Timur (Malang, Madura), Lampung, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sulawesi (Gorontalo), Nusa Tenggara, dan daerah lainnya. Menariknya, selain ditanam di lahan khusus, baby corn juga bisa ditanam secara tumpang sari dengan sayuran lain seperti bayam atau caisin atau secara rotasi dengan padi. Untuk bisa dipanen, saat jagung berumur 70 hari setelah ditanam dan bunga jantan mulai keluar 2 hari, maka segera cabut bunganya sebelum mekar agar tidak terjadi pembuahan sehingga bulir jagung tidak tumbuh

  1. Persiapan lahan dan penanaman

Sebelum ditanami, lahan diberikan pupuk kandang sebanyak 470 kg per ha atau 250 gram per lubang tanam dengan jarak tanam 40 x 80 cm. Buat lubang tanam sedalam 5 cm dengan menggunakan tugal (kayu/bambu untuk melubangi lahan). Setelah sekitar satu minggu, masukkan 3 biji benih jagung dan tutup dengan tanah. Namun untuk mengurangi serangan ulat tanah, sebagian petani juga menambahkan 1–2 gram furadan pada lubang tanam dan Ridomil berdosis 5 g/7.5 ml tiap 1 kg benih.

  1. Pemeliharaan

Selama pemeliharaan, tanaman jagung tak perlu sering disiram, karena bisa bertahan hingga 2 minggu. Namun, upayakan agar jangan sampai tanaman mengering karena dapat menghambat pertumbuhan. Saat musim hujan, kebun bisa sama sekali tidak perlu disiram. Selama periode penanaman sekitar 100 hari, tanaman jagung juga diberikan pupuk sintetis sebanyak 2 kali yakni pada minggu ke-3 dan ke-8. Kebutuhan dosis pupuk per hektar per periode sebanyak 100 kg Urea, 228 kg TSP dan 72 kg KCL.

Teknik pembuangan bunga jantan di umur 70 hari, menjadi kunci sukses petani menghasilkan baby corn. Langkah tersebut menghambat terjadinya pembuahan sehingga tidak akan dihasilkan bulir jagung. Selain itu, pembersihan rumput liar perlu dilakukan tiap minggu. Jika ada daun yang menutupi buah segera dibuang agar buah, tidak terhalang matahari.

  1. Hama dan penyakit

Hama yang sering menyerang, yakni ulat daun (Prodenia litura F) dan ulat tanah (Agrotis sp). Serangan ulat daun ditandai dengan rusaknya daun karena hama ini memakan daun baby corn, terutama pada waktu tanaman mulai berumur satu bulan. Pemberantasannya bisa dengan penyemprotan Agrocide atau Basudin sebanyak 1.5–2.0 cc/liter air. Dilakukan setiap 2–3 hari sekali, dimulai dari 5 hari setelah tanam.

  1. Panen

Panen baby corn mulai dari umur 75 hari hingga 100 hari. Selain umur, tanaman yang siap panen ditandai dengan keluarnya rambut pada tongkol. Setelah 2 hari keluar rambut, lakukan pengontrolan agar tidak telat panen dengan merobek kolobot sehingga terlihat tongkol baby corn yang berwarna kuning muda. Panen sebaiknya dilakukan pada pagi hari sampai pukul 10 agar kesegaran baby corn masih terjaga. Apabila telat panen, tongkol semakin mengeras dan membesar sehingga tidak memenuhi mutu yang disukai konsumen.

Dari satu tanaman bisa dilakukan hingga 10 kali panen. Satu pohon jagung bisa dipetik 1–2 jagung sekali panen. Saat pemetikan, usahakan sisakan sedikit kulit/kolobot jagung muda ini agar bisa tumbuh tunas jagung baru.