Cara Menanggulangi Serangan Ulat Grayak pada Tanaman Padi

Pertanianku — Ulat grayak atau Spodoptera spp dapat menyerang semua stadia pada tanaman padi. Bahkan, pada beberapa kasus ulat ditemukan menyerang padi yang sudah menguning. Serangan ulat ini dapat menyebabkan batang padi menguning, membusuk, dan mati. Serangan hama tersebut dapat menyebabkan petani mengalami gagal panen.

ulat grayak
foto: https://distanpangan.magelangkab.go.id/

Selain padi, ulat juga ditemukan menyerang tanaman tebu, jagung, dan sayuran cruciferous. Ulat grayak akan memakan daun padi yang masih muda dengan menggigiti permukaan daun. Setelah ulat tumbuh besar, hama tersebut akan menyerang daun tanaman dengan sangat rakus dan menghancurkan seluruh bagian tanaman dalam kurun waktu yang singkat. Jika dibiarkan begitu saja, hama dapat berpindah ke tanaman lain yang masih sehat.

Serangan hama dapat terjadi secara tiba-tiba dan tanpa diketahui populasi awalnya. Populasinya akan semakin tidak terkendali ketika petani tidak memiliki pengetahuan yang memadai tentang hama tersebut.

Inang bagi ulat grayak adalah kacang tanah, kacang hijau tembakau, cabai, ubi jalar, buncis, kacang panjang, bayam, dan talas. Ulat ini tersebar di 22 provinsi atau bisa dikatakan hampir di seluruh provinsi Indonesia. Persentase kehilangan hasil panen akibat hama ini bisa mencapai 85 persen hingga 100 persen.

Pengendalian hama ini bisa dilakukan secara kultur teknis melalui pergiliran tanaman dengan tanaman yang bukan inang ulat grayak, tanam padi secara serempak, dan penggunaan tanaman perangkap imago dan telur dengan menggunakan kedelai MLG 3023.

Sistem pengendalian selanjutnya adalah pengendalian fisik dan mekanik. Pengendalian ini dilakukan dengan mengumpulkan dan mematikan seluruh kelompok telur, ulat stadia 1—2 yang masih berkelompok dan ulat stadia 4—6.

Pengendalian juga bisa dilakukan dengan melepas musuh alami yang dapat memakan ulat. Musuh alami ulat grayak adalah Nuclear polyherosis Virus (NPV). Musuh alami dapat membantu petani untuk mengendalikan jumlah populasi hama di sawah. Salah satu musuh yang dapat menyerang ulat adalah Spodoptera litura Nuclear polyherosis virus (SINPV).  Virus tersebut dapat menjadi agen hayati yang cukup efektif untuk hama ulat grayak.

Metode pengendalian terakhir yang sering dilakukan oleh petani adalah dengan insektisida. Penggunaan insektisida harus diperhitungkan secara tepat, baik secara ekologi maupun ekonomi. Pasalnya, pengaplikasian insektisida yang asal-asalan dapat menyebabkan kerugian  dan justru mematikan musuh alami hama seperti parasitoid dan predator.