Pertanianku — Tanaman tebu yang sudah terinfeksi virus penyebab penyakit mosaic tebu dapat mengalami kehancuran klorofil. Kondisi demikian membuat kemampuan fotosintesis tanaman menjadi menurun, pertumbuhan terhambat, menghasilkan ruas yang lebih pendek, akar menjadi lebih pendek, tingkat perkecambahan menurun, hasil batang tebu menurun, kadar glukosa menurun, dan kecepatan kristalisasi menyebabkan hasil tebu menurun sekitar 10–50 persen.
Melansir dari ditjenbun.pertanian.go.id, tebu yang terserang penyakit mosaic akan terlihat bagian tengah dan bawahnya memiliki banyak garis kuning serta hijau. Garis-garis tersebut terlihat tidak beraturan, berselang-seling dengan urat-urat daun. Garis tersebut akan tampak lebih jelas bila dilihat di bawah sinar matahari.
Daun yang sudah terinfeksi cukup berat akan mengalami perubahan warna menjadi kuning atau kuning keputihan dengan hanya menyisakan beberapa bagian warna hijau.
Inang dari virus penyebab penyakit mosaic tanaman tebu ini adalah Panicum miliaceum, Setaria italilica L., Setaria viridis L., Sorghum halepense L., Sorgum sundanense (Piper) Stapf. dan beberapa tanaman yang berasal dari famili Graminae.
Virus ditularkan melalui vektor seperti kutu Dactynotus ambrosiae, Hysteroneura setariae, Longiunguis sacchari, Rhapalosiphum maidis, dan Toxoptra graminum. Semut juga berperan menjadi vektor dari virus secara tidak langsung.
Tanaman tebu muda lebih rentan diserang oleh virus dibanding tebu yang sudah dewasa. Umumnya, penyakit mosaic tebu sering ditemukan pada tanaman yang berada pada lingkungan dengan sanitasi yang kurang baik atau tebu yang ditanam dengan sistem tumpang sari. Faktor-faktor lain yang menjadi penyebab terjadinya penyakit mosaic adalah suhu yang tinggi, curah hujan rendah, dan penanaman monokultur dalam jangka waktu yang panjang.
Penyakit mosaic dapat dicegah dengan menggunakan varietas yang tahan terhadap virus. Selanjutnya, lakukan pengelolaan lahan yang baik untuk meningkatkan ketahanan tanaman dan mengurangi penyebaran virus.
Pengelolaan lahan tersebut meliputi menghindari penanaman tanaman inang virus di sekitar areal pertanaman tebu, memindahkan tanaman tebu atau gulma yang terinfeksi dari areal pertanaman, memperbaiki struktur tanah melalui pemupukan seimbang dan memperbaiki saluran irigasi, melakukan pengendalian terhadap kutu daun, serta melakukan rotasi tanaman dengan tanaman lain yang bukan inang bagi virus tersebut seperti kedelai, ubi jalar, dan kacang tanah.