Pertanianku — Selama ini gula yang digunakan oleh masyarakat berasal dari tebu. Padahal, banyak komoditas tanaman yang bisa menghasilkan gula juga, salah satunya adalah singkong. Kebutuhan gula yang semakin tinggi menyebabkan Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian memproduksi gula cair dari singkong.
Gula cair tersebut bisa menjadi alternatif untuk mengatasi kelangkaan gula tebu yang pernah terjadi seperti awal-awal pandemi. Gula tersebut dihasilkan dari pati singkong yang mengalami proses likuifikasi, sakarifikasi, dan evaporasi.
Dilansir dari litbang.pertanian.go.id, gula tersebut dibuat dengan cara mencampurkan pati singkong dan air dengan perbandingan 1:3 atau 1 kg pati singkong dengan 3 liter air. Aduk kedua bahan hingga tercampur merata dan tidak ada gumpalan.
Proses pembuatan selanjutnya adalah likuifikasi dengan cara memanaskan larutan tersebut dan menambahkan enzim alfa amilase. Untuk 1 kg pati singkong, Anda membutuhkan 1 ml enzim alfa amilase.
Proses tersebut akan menyebabkan perubahan warna putih pada pati singkong menjadi kecokelatan. Pemanasan terus dilakukan hingga bintik-bintik putih di dalam pati menghilang. Ketika larutan sudah berwarna cokelat seutuhnya, proses pemanasan sudah bisa dihentikan.
Selanjutnya, dinginkan larutan hingga mencapai 60°, kemudian masukkan enzim amiloglukosidase dengan perbandingan 1 ml enzim untuk 1 kg pati ubi kayu. Aduk kembali hingga rata selama 5—10 menit. Diamkan larutan selama minimal 24 jam. Proses yang baru saja dilakukan adalah sakarifikasi.
Setelah proses sakarifikasi selesai, tambahkan arang aktif sebanyak 0,5 persen dan panaskan kembali dengan suhu 100°C selama 5 menit. Setelah itu, saring dengan kain yang rapat dan tebal seperti bahan jins.
Proses penyaringan tersebut akan menghasilkan gula cair dengan total padatan terlarut sebesar 20—25°brix. Untuk meningkatkan kadar brix, Anda bisa melakukan evaporasi pada gula tersebut sehingga kadar gula mencapai 65—70°brix.
Pengolahan singkong atau ubi kayu bisa menjadi salah satu solusi juga untuk banyaknya produksi ubi kayu di Indonesia. Dengan begitu, nilai ekonomi dari ubi kayu bisa meningkat dan kesejahteraan petani ubi kayu ikut meningkat.