Pertanianku — Benang yang terbuat dari ulat sutera menggunakan kokon ulat yang sudah kosong atau ngengatnya sudah keluar dari dalam kokon. Kokon tersebut dipanen dan dikumpulkan untuk dikeringkan dan disimpan. Setelah itu, kokon ulat sutera sudah siap digunakan sebagai bahan baku pembuatan benang ulat sutera.
Kokon yang sudah dipanen terkadang masih memiliki pembungkus atau disebut floss atau bahkan masih terdapat imago (ngengat afkir yang sudah mati). Jika diuraikan kokon tersebut, Anda akan mendapatkan floss yang menyerupai anyaman serat sutera yang berbentuk daun. Floss memang terbentuk mengikuti tempat melekatnya kokon, yakni daun.
Anda bisa memanfaatkan bagian floss tersebut untuk dijadikan kerajinan tangan dan hiasan seperti sulaman. Sementara itu, imago yang afkir bisa dimanfaatkan sebagai pakan ternak karena imago tersebut tetap mengandung nutrisi. Dengan begitu, proses pembuatan benang dari ulat sutera tidak menimbulkan limbah sama sekali.
Proses pembuatan benang dari ulat sutera bisa dilakukan melalui dua cara, yakni secara konvensional dan laboratorium.
Benang yang dibuat secara konvensional harus melalui proses pemasakan kokon dengan larutan formula khusus. Kokon dan floss yang masih menempel akan disatukan dengan larutan tersebut dan direbus selama 1 jam. Setelah itu, kokon diangkat, ditiriskan, dan dicuci dengan air hangat.
Selanjutnya, kokon ditarik-tarik hingga berbentuk seperti gumpalan kapas. Gumpalan itulah yang akan dirajut dengan menggunakan mesin untuk mendapatkan benang sutera. Pembuatan benang dengan cara konvensional dapat menghasilkan benang berwarna cokelat kusam, lembut, dan dingin. Sementara itu, benang yang dibuat dengan cara laboratorium memiliki warna yang bervariasi, lebih mengilap, eksotik, dan halus.
Floss pun harus dikupas terlebih dahulu dan sisa cangkang pupa dibersihkan dari kokon. Rebus kokon yang sudah bersih dengan larutan pengurai benang yang sudah dipanaskan. Selanjutnya, rendam kokon tanpa perlu diaduk. Larutan tersebut dibuat khusus sehingga mengandung protein yang membungkus filament fibroinnya yang relatif banyak dan sangat lengket. Larutan tersebut terdiri atas campuran NaOH, teepol, sabun batangan, dan air.
Setelah proses perendaman usai, angkat kokon dan tiriskan. Cuci kokon dengan air hangat dan kokon sudah siap untuk diurai.