Cara Pengapuran Tanah yang Masam

Pertanianku — Tanah yang akan Anda gunakan untuk bertanam harus diketahui terlebih dahulu tingkat kemasamannya (pH). Pasalnya, kebanyakan tanah di Indonesia bersifat masam karena terletak di daerah tropis basah yang sering ditimpa hujan. Kondisi tanah yang asam harus dinetralkan dengan pemberian kapur. Namun, cara pengapuran tanah tidak boleh dilakukan sembarangan. Sebelum pengapuran, Anda perlu mengukur keasaman tanah dengan alat bantu seperti kertas lakmus atau pH meter.

cara pengapuran tanah
foto: Pertanianku

Pengukuran bertujuan mencari tahu seberapa banyak dosis kapur yang harus digunakan. Kapur yang dipakai adalah kapur pertanian (kapur kalsit atau dolomit). Anda tidak bisa mengggunakan kapur tohor (bakar) dan kapur hidrat karena dapat menimbulkan panas bila bereaksi dengan air.

Kapur kalsit hanya mengandung kalsium karbonat, sedangkan dolomit mengandung kalsium dan magnesium. Proses pengapuran tanah biasanya dilakukan 2 minggu sebelum tanam dengan cara ditaburkan ke atas tanah yang sudah diolah. Pengapuran sebaiknya dilakukan pada musim hujan.

Untuk menentukan kebutuhan kapur, Anda dapat menggunakan metode SMP dengan cara berikut.

  • Ambil tanah dari beberapa tempat, lalu aduk rata dan diambil beberapa gram untuk contoh.
  • Campurkan contoh tersebut dengan aquades, lalu tambah larutan SMP buffer dan kocok.
  • Ukur pH campuran tersebut dengan lakmus atau pH tester.

Setelah itu, akan keluar angka pH yang dapat menjadi patokan seberapa banyak kapur yang digunakan. Misalnya, untuk tanah mineral dengan pH 6,8 membutuhkan kapur sebanyak 3,1 agar pH menjadi 7,0 atau 2,7 agar pH menjadi 6,5. Sementara itu, untuk tanah organik dengan pH 6,8 membutuhkan kapur sebanyak 2,2 agar pH menjadi 6 atau 1,6 kapur agar pH menjadi 5,2.

Proses penanaman yang menggunakan pupuk kandang atau pupuk organik akan membutuhkan lebih sedikit kapur daripada tanpa pemberian pupuk kandang, kompos, atau humus. Umumnya, tanah-tanah di Indonesia adalah tanah-tanah organik yang mengandung banyak humus pada lapisan atasnya sehingga kebutuhan kapur lebih sedikit dibanding tanah-tanah mineral di Indonesia bagian timur.