Pertanianku— Mangga berasal dari India dan kini sudah tersebar luas di Indonesia. Rasanya yang manis dengan tekstur dagingnya yang lembut membuat buah ini memiliki banyak peminat. Namun, tidak semua daerah di Indonesia merupakan penghasil mangga. Ada beberapa daerah yang harus disuplai pasokan mangga. Untuk mempertahankan kualitas buah selama di perjalanan hingga ke tangan konsumen, para pengusaha harus mengetahui cara pengemasan mangga yang benar.

Selama di perjalanan, buah yang tidak dikemas dengan baik bisa mengalami perubahan sehingga menyebabkan penurunan kualitas. Tentu saja, buah mangga yang sudah bonyok atau tidak enak dipandang akan mengalami penurunan harga jual. Hal tersebut dapat menyebabkan kerugian bagi para pengusaha.
Mangga yang dikirim untuk jarak jauh harus dikemas dengan baik. Pengemasan mangga bertujuan mencegah kerusakan mangga. Dengan begitu, ketika sampai di tangan konsumen, kondisi mangga masih baik dan bisa dimakan.
Untuk pengemasan mangga yang akan dikirim untuk jarak jauh, Anda bisa menggunakan keranjang bambu, karton, atau peti kayu.
Pengemasan mangga dengan keranjang bambu bisa menggunakan wadah laci yang berukuran 45cm × 25cm × 10cm. Wadah tersebut hanya bisa digunakan untuk mengepak satu lapisan mangga. Anyaman bambu yang dibuat jangan terlalu rapat agar sirkulasi udara di dalam wadah bisa berjalan dengan baik.
Pengemasan yang dilakukan dengan peti bisa menggunakan wadah peti kayu berukuran 60cm × 30cm × 30 cm. Agar sirkulasi udara di dalam peti berjalan lancar, lubangi kedua sisi peti dengan diameter 1,0—1,5 cm.
Sebelum mangga dikemas, letakkan lapisan jerami kering atau rumput di dalam wadah. Anda juga bisa menggunakan daun jati kering, pelepah pisang kering, tikar, atau bahan lain yang lunak seperti kertas halus, plastik, atau kantong polyethylene. Lapisan tersebut berguna sebagai penyekat antarbuah dan dinding wadah. Penyekat tersebut dapat meminimalisir benturan yang bisa menyebabkan buah bonyok.
Pedagang buah yang sudah terbiasa melakukan pengiriman jarak jauh lebih sering menggunakan peti yang kayu karena bisa dilakukan sekaligus dalam jumlah banyak. Penggunaan wadah bambu akan menyulitkan pengiriman karena buah lebih rentan rusak, tingkat kerusakannya bisa mencapai 16—25 persen. Sementara itu, pengiriman dengan peti kayu memiliki tingkat kerusakan hanya sebesar 4 persen.