Pertanianku – Produk hortikultura yang satu ini tingkat permintaannya sangatlah tinggi. Hal ini karena hampir seluruh masyarakat di Indonesia menggunakan cabai sebagai bahan masakan.
Cabai termasuk komoditas yang produksi CO²-nya rendah sehingga mempunyai daya simpan alami yang cukup lama. Namun, apabila faktor lingkungan tidak mampu dikendalikan, justru cabai akan rusak secara mikrobiologi dan fisiologis dan menjadi cepat busuk.
Kerusakan mikrobiologi pada cabai diduga disebabkan oleh mikroba khususnya Colletrothicum capsici. Sementara, kerusakan fisiologis pada cabai karena proses respirasi buah pada saat penyimpanan.
Penanganan yang baik untuk kesegaran cabai masih belum banyak dilakukan sehingga tingkat kerusakan masih tinggi (lebih dari 20%). Karena itu, diperlukan teknologi yang mampu mempertahankan tingkat kesegaran cabai dalam waktu yang cukup lama sehingga memiliki kualitas yang layak jual.
Yang perlu dilakukan untuk mempertahankan kesegaran cabai adalah melalui teknologi pengemasan yang dikombinasikan dengan usaha mencegah kerusakan fisika, kimiawi, ataupun mikroba.
Upaya mencegah pertumbuhan mikroba melalui penggunaan fungisida juga masih diperlukan. Sampai saat ini, penggunaannya masih dipadukan menggunakan fungisida alami ataupun cara-cara penggunaan fungisida hayati.
Penggunaan fungisida food grade di bawah batas maksimum penggunaannya pada penelitian 2013 telah mampu mempertahankan kesegaran cabai sampai batas waktu tertentu.
Teknologi pengemasan setelah penambahan hormon pertumbuhan yang dilanjutkan dengan penyimpanan pada suhu yang tepat telah dihasilkan cabai dengan daya simpan lama dan kualitas diterima konsumen.
Salah satu inovasi itu adalah Formula Pencegah Pembusukan Cabai (FPBC) yang digunakan oleh perusahaan swasta CV Bimandiri Desa Sukatani, Garut. Formula ini dalam proses dipatenkan, komposisinya adalah fungisida dan hormon pertumbuhan.
Cara aplikasi FPBC, setelah panen cabai, formula ini disemprotkan secara merata kemudian dianginkan agar kering dan dikemas. Cabai akan tetap segar selama 8 hari di suhu kamar atau di suhu pasar.
Metode pengemasannya bisa menggunakan mika atau crab dalam kemasan 200 gram. Untuk di gudang, inovasi ini bisa digunakan dengan cara disemprotkan saja. Volume penyemprotan 20 liter untuk 8—10 ton cabai.
Kadar fungisida yang digunakan begitu kecil sehingga dengan pencucian saja residu fungisidanya akan hilang. Adapun hormon pertumbuhan yang digunakan bertujuan mencegah kelayuan dan mempertahankan warna pada cabai.