Cetak Petani Modern dengan Terobosan Baru Bidang Pertanian

Pertanianku — Pada 2045 mendatang, Indonesia memiliki target untuk menjadi lumbung padi dunia. Oleh karena itu, bidang pertanian dan ketahanan pangan terus dibenahi. Ironisnya, di tengah tujuan sebesar itu, regenerasi petani justru kian lambat. Hal ini diperparah dengan menurunnya minat kaum muda terhadap pekerjaan sebagai petani.

bidang pertanian
Foto: Sutterstock

Profesi petani dirasa tidak prestisius di mata milenial

Lemahnya minat milenial terhadap industri pertanian disebabkan oleh sejumlah faktor. Salah satunya, yaitu memandang bertani adalah profesi yang tidak prestisius dan masa depannya belum terjamin. Jika diteliti lebih jauh, pemuda memang tidak tertarik dengan pertanian karena insentifnya kurang. Sekitar 67 persen kemiskinan juga masih ada di pedesaan dan terkait dengan pertanian.

Ini tentu mengkhawatirkan karena tanpa petani tak ada produk-produk pertanian seperti pangan dan bahan baku industri. Maka, lahirnya petani-petani generasi baru harus difasilitasi.

Salah satu caranya, yaitu dengan menyesuaikan gaya pertanian dengan perkembangan teknologi serta tren terkini di Indonesia. Pendekatan yang berbeda harus mulai dilakukan, melihat zaman beserta pelakunya sudah banyak berubah.

Sistem pertanian harus menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi saat ini. Indonesia harus lebih menggenjot sistem pertanian digital supaya mampu menarik minat generasi penerus dalam kegiatan bertani yang juga memiliki masa depan cemerlang.

Pertanian digital menggunakan smartphone sudah diuji coba di Amerika

Pertanian digital alias digital farming adalah metode bercocok tanam modern dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi. Pemantauan lahan dan perkembangan varietas bisa dilakukan melalui teknologi kecerdasan buatan yang terhubung pada gawai (gadget).

Teknologi ini bisa membantu meramal cuaca, menetapkan waktu dan volume yang tepat saat penyiraman, serta pemupukan. Dapat juga untuk membaca mana tanaman yang cocok dengan jenis lahan tertentu.

Diharapkan, proses bercocok tanam bisa lebih presisi dan efektif, serta meminimalisir adanya gagal panen. Konsep ini dikembangkan di Amerika dan India untuk membantu para petani kecil di sana. Harapannya, Indonesia bisa menerapkan hal serupa di masa mendatang.