Pertanianku — Kesuburan tanah pertanian menjadi salah satu kunci untuk mendapatkan produksi tanaman yang optimal. Pasalnya, tanaman dapat tumbuh subur di atas tanah yang subur. Kesuburan tanah dapat tercermin melalui kondisi fisik, kimia, ataupun biologi tanah. Berikut ini beberapa ciri-ciri tanah pertanian yang subur sehingga sangat cocok digunakan bertani.
Bentuk fisik
Berdasarkan bentuk fisik, tanah yang subur sudah bisa dilihat dari kondisinya yang gembur. Biasanya, petani akan melakukan penggemburan dengan cara pembalikan tanah, baik dengan dicangkul maupun dibajak dengan alat bajak.
Pembalikan tanah bisa memberikan dampak positif untuk tanah, seperti meningkatkan sirkulasi udara di dalam tanah sehingga gas racun yang terpendam di dalam tanah bisa menguap dan berganti dengan oksigen.
Oksigen yang masuk ke tanah dapat menyebabkan jasad renik aerob berkembang dengan baik. Jasad renik tersebut antara lain Rhizobium, Azobacter, dan Nitrobacter. Jasad renik tersebut sangat berguna menambah kesuburan tanah.
Pembalikan tanah juga berfungsi untuk menghilangkan bibit penyakit, hama, dan gulma. Ketiga jenis pengganggu tanaman tersebut bisa mati ketika terkena sinar matahari.
Faktor kimia
Tanah pertanian yang subur memiliki unsur hara yang dibutuhkan oleh petani. Setiap tanaman memiliki kebutuhan unsur hara yang berbeda-beda. Namun, pada dasarnya kebutuhan unsur hara terbagi menjadi dua, yakni mikro dan makro.
Unsur hara makro terdiri atas nitrogen, fosfor, kalium, karbon, hidrogen, oksigen, kalsium, magnesium, dan belerang. Sementara itu, unsur hara mikro terdiri atas besi, tembaga, seng, mangan, boron, molybdenum, klor, kobalt, dan silsium.
Selain itu, penyerapan unsur hara juga dipengaruhi oleh derajat keasaman tanah. Oleh karena itu, Anda tidak boleh mengesampingkan faktor pH tanah yang digunakan.
Faktor biologis
Tanah yang baik adalah tanah yang mengandung banyak bahan organik dan jasad hidup. Bahan organik yang sudah mati akan dihancurkan oleh mikroorganisme menjadi senyawa anorganik yang dapat diserap oleh akar tanaman. Contoh bahan organik mati antara lain daun yang rontok, jerami, sekam, bangkai, pupuk kandang, kotoran binatang, dan lainnya. Sementara itu, jasad yang hidup antara lain bakteri, cendawan, semut, rayap, dan cacing.