Ciri Pullet Berkualitas

Pertanianku – Sudah menjadi rahasia umum bahwa banyak peternak ayam petelur mengeluh karena kesulitan mencapai standar performa ayam petelur dari breeder walau telah melakukan berbagai macam usaha ketika masa produksi. Fakta ini disebabkan oleh masih sedikitnya peternak yang memberi perhatian atau bahkan kurang memahami kualitas pullet yang dipelihara. Jika hal ini yang terjadi, upaya meningkatkan jumlah ransum dan perbaikan program pengobatan tentu tidak menyelesaikan masalah. Hal ini karena keduanya bukan merupakan akar masalah sehingga kejadian yang sama tentu akan terus berulang di periode berikutnya. Jadi, sebelum memutuskan untuk membeli, peternak harus mengetahui bagaimana sebenarnya pullet yang berkualitas. Pullet ras petelur dikatakan berkualitas jika memiliki karakteristik seperti berikut.

  1. Memiliki ciri fisik ayam petelur yang baik

Cara pertama untuk melihat pullet berkualitas adalah dari tampilan fisiknya. Adapun tampilan yang diamati meliputi kepala dan muka, jengger dan pial, mata, tulang pubis, perut, kloaka, kulit, bulu badan, serta kaki.

  1. Berat badan sesuai standar dari breeder

Bobot badan merupakan indikator kualitas pullet yang paling mudah diamati. Pullet yang berkualitas memiliki bobot badan yang sesuai dengan standar breeder. Pullet yang bobot badannya kurang atau melebihi standar bobot breeder bisa berakibat pencapaian performanya tidak bisa optimal

  1. K erangka tubuh (frame size) optimal pada 12 minggu

Frame size yang terbentuk sempurna akan sangat mendukung pencapaian puncak produksi yang optimal dan memiliki persistensi (lama bertahan di puncak) produksi yang lama. Frame size dapat diamati berdasarkan postur tubuh ayam.

  1. Keseragaman lebih dari 85% (berat badan, frame size dan kematangan seksual)

Penyeragaman berat badan dilakukan melalui penimbangan berat badan rutin. Keseragaman >85% berarti dari 100 ekor ayam minimal terdapat 85 ekor ayam yang berat badannya +10% terhadap standar. Contoh, standar bobot badan minimal ayam umur 13 minggu adalah 1.100 g. Jadi, dari 100 ekor ayam yang ditimbang, terdapat 85 ekor yang termasuk ke dalam bobot 990—1.210 g atau maksimal 15 ekor yang berada di kisaran bobot standar tersebut.

Setelah penimbangan, peternak segera membagi ayam-ayam tersebut ke dalam kandang berbeda berdasarkan berat badan dan frame size-nya. Hal itu akan memudahkan peternak dalam mengamati perkembangan performa ayam dan menentukan jumlah konsumsi ransumnya.

Sumber: Buku Bisnis Pembesaran Pullet