Dari Asia Timur, Ini Dia Jamur Shiitake

Pertanianku — Sebagai salah satu jenis jamur yang banyak dikonsumsi, jamur shiitake ternyata berasal dari daerah Asia Timur. Popularitasnya terus melambung seiring banyaknya masakan dari daerah tersebut yang digemari di negara-negara lain, termasuk Indonesia.

jamur shiitake
Foto: freepik

Jamur shiitake dalam binomial nomenklatur dikenal sebagai spesies Lentinula edodes. Di daerah asalnya, jamur ini juga disebut sebagai jamur hioko dan menjadi jamur pangan utama di daerah Asia Timur.

Dalam bahasa Jepang, shiitake berarti jamur dari pohon shii. Pohon shii sendiri merupakan spesies Castanopsis cuspidata yang ketika batang pohonnya mulai lapuk mulai ditumbuhi jamur shiitake ini.

Selain itu, dalam bahasa Cina, shiitake disebut sebagai xianggu atau jamur harum. Jamur ini memang merupakan jamur berkualitas tinggi yang memiliki payung tebal. Jamur ini juga punya sebutan lain, yakni donggu yang berarti jamur musim dingin atau huagu yang berarti jamur bunga. Sebutan ini disematkan karena pada bagian permukaan jamur shiitake, terdapat motif retak yang mirip bunga mekar.

Jamur shiitake cukup umum dibudidayakan di Asia Timur seperti Cina, Korea, dan Jepang. Sementara, di Asia Tenggara, jamur shiitake bisa dijumpai dengan bebas di daerah pegunungan.

Di Indonesia sendiri, jamur ini sering kali disebut sebagai jamur jengkol. Bukan tanpa sebab, pemberian nama ini disematkan lantaran aroma dan bentuknya yang mirip dengan jengkol.

Karakteristik mikologi jamur shiitake ini bisa dikenali dari himeniumnya yang berbentuk insang dan bebas. Tudung jamur tampak cembung dan tangkainya gundul. Selain itu, jejak spora jamur shiitake berwarna kuning hingga putih. Sama seperti jamur konsumsi kebanyakan, jamur shiitake tumbuh secara saprofit pada pohon yang sudah mati.

Tak hanya tumbuh pada pohon Castanopsis cuspidata, jamur shiitake juga bisa hidup pada pohon kastanye dan pohon ek. Batang dan bagian tubuh buah jamur ini sering kali melengkung karena ia tumbuh pada batang kayu yang masih berdiri tegak.

Bagian tudung jamur akan terbuka lebar. Payung ini berwarna cokelat tua dan memiliki bulu-bulu halus di bagian atas permukaan payung. Sementara, bagian bawahnya berwarna putih.

Ciri-ciri tadi sayangnya juga dimiliki oleh spesies jamur beracun bernama Omphalotus guepiniformis. Jangan sampai Anda salah mengonsumsinya. Sebab, walaupun bentuknya mirip dengan jamur shiitake, jamur tersebut justru mengandung racun yang berbahaya.

Olahan jamur shitake sudah dikenal di Cina sejak zaman Dinasti Song pada 960 Masehi. Meskipun demikian, jamur ini sudah dimanfaatkan di Cina sejak 199 Masehi. Jamur ini dikenal karena banyak manfaat kesehatan, mulai dari obat saluran napas, melancarkan sirkulasi darah, meredakan gangguan hati, mengurangi kelelahan, hingga mencegah penuaan dini.

Di luar Asia Timur, jamur shiitake lebih banyak dikonsumsi dalam bentuk jamur kering. Hal ini karena aroma jamur shiitake kering lebih terasa ketimbang shiitake segar. Pengeringan jamur shiitake dilakukan dengan menjemurnya di bawah matahari tanpa direndam terlebih dahulu.

Jamur shiitake kering juga ditambahkan dalam berbagai masakan. Kaldu yang biasa dikonsumsi masyarakat Jepang umumnya menggunakan jamur shiitake dan disebut sebagai dashi. Kaldu dashi ini digunakan untuk membuat banyak menu mulai dari miso hingga udon.

Di Rusia, acar jamur shiitake biasa diperjualbelikan dalam kemasan botol. Shiitake juga bisa diolah dengan cara digoreng dan dijual garing sebagai keripik, terutama di Jepang.