Pertanianku — Daun beluntas biasa dimanfaatkan sebagai makanan, sayuran dan jamu untuk pengobatan. Akan tetapi, di tangan mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB), daun beluntas disulap menjadi parfum.

Orang-orang inovatif tersebut di antaranya Latiful Akbar (Departemen Biologi), Andriyani (Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan), dan Auliya Fikri (Departemen Biologi). Di bawah bimbingan Mafrikhul Muttaqin, S. Si., M.S i., riset mereka diberi judul Pluchaefume: Natural Perfume of Beluntas (Pluchae indica) as Agroindustrial Product with Digital Economy Based Marketing.
“Pluchaefume merupakan parfum alami dari daun beluntas. Inspirasi berawal saat saya masih di Pati, almarhum ibu saya dulu suka membuatkan makanan olahan dari daun beluntas yang dicampur tepung kemudian digoreng. Dosen saya juga pernah menggunakan beluntas sebagai penghilang bau di daging itik. Melihat potensi ini, kami ingin memanfaatkan daun beluntas menjadi sesuatu yang lebih bernilai,” jelas Andriyani.
Daun beluntas juga mengandung flavanoid yang dapat mengangkat radikal bebas. Mereka mengusung konsep parfum alami dengan pemasaran berbasis ekonomi digital.
“Titik fokus kita tidak hanya menjual parfumnya saja, nanti diharapkan akan ada nilai jual lebih dari beluntasnya. Yang kedua, bisa menambah nilai ekonomi. Beluntas sendiri gampang untuk dibudidayakan serta mudah tumbuh sehingga masyarakat bisa menanam beluntas dan daunnya dapat dijual,” katanya.
Di era milenial saat ini, media sosial berperan untuk memperkenalkan produk ke khalayak umum. Parfum sudah menjadi kebutuhan umum, bukan hanya di kalangan anak muda.
“Penelitian ini belum sepenuhnya selesai, kami akan melakukan penelitian lanjutan agar hasilnya semakin maksimal,” pungkas Andriyani.