Daya Tarik Kopi Liberika yang Berhasil Populer Kembali

Pertanianku Kopi liberika didatangkan ke Indonesia oleh Belanda pada awal abad ke-20. Belanda mengenalkan liberika dan menjadikannya sebagai pengganti arabika yang ditanam di dataran rendah. Kala itu sebagian besar arabika yang ditanam di dataran rendah mengalami permasalahan karena diserang oleh penyakit karat daun. Serangan tersebut disebabkan oleh iklim di dataran rendah yang hangat lembap sehingga memacu perkembangan cendawan Hemileia vastatrix.

kopi liberika
foto: pertanianku

Namun, sayangnya, popularitas liberika harus terpendam karena muncul robusta yang tahan terhadap karat daun. Robusta dinilai lebih produktif dan sosok tanamannya lebih ramping. Itu sebabnya pekebun lebih tertarik dengan dengan robusta. Mulai saat itu liberika mulai dilupakan oleh pekebun. Keberadaan liberika mulai muncul kembali ketika tren kopi mulai meningkat beberapa tahun belakangan ini.

Popularitas liberika yang sempat meredup selama bertahun-tahun mulai dilirik kembali menjadi salah satu kopi lokal yang memiliki daya tarik. Bahkan, liberika telah dijadikan sebagai andalan oleh beberapa kedai kopi. Kopi lokal ini tak hanya memiliki aroma kopi, tetapi juga ada sedikit aroma khas nangka.

Dahulu, tanaman kopi liberika justru ditebang oleh pekebun, mereka menggantinya dengan tanaman kopi robusta yang lebih menguntungkan. Selain harga jual yang rendah, keputusan menebang liberika karena tanamannya memiliki batang besar dengan tajuk yang melebar sehingga membutuhkan tempat yang luas.

Rasa liberika dipengaruhi oleh proses panen dan pascapanen yang dilakukan dengan benar. Kopi harus dipanen secara selektif, sedangkan proses pascapanen yang diterapkan adalah natural, wine, atau honey.

Buah kopi liberika tergolong sulit diproses dan rendemen yang dihasilkan juga rendah. Kulit buah tebal dan banyak lendir sehingga pengupasan harus dilakukan sebanyak 2–4 kali.  Rendemen liberika hanya sekitar 10–15 persen. Satu kuintal buah liberika hanya menghasilkan 10–15 kg kopi beras. Bandingkan dengan robusta, 1 kuintalnya dapat menghasilkan 25 kg beras.

Banyak pengamat kopi yang mengatakan, liberika pantas diberikan harga yang lebih mahal. Hal ini karena proses untuk mendapatkan cita rasa yang nikmat itu cukup panjang.

Soal rasa, ternyata liberika lebih unggul dari robusta ataupun arabika, meski kopi lokal ini sempat menghilang selama bertahun-tahun. Rasa kopi lebih terasa nikmat ketika biji kopi baru dipanggang dan digiling.