Pertanianku – Kemunculan teknologi canggih seperti drone akhirnya membuat para petani turut andil untuk memanfaatkannya. Bahkan, belum lama ini Swadiri Institut mengujicobakan penggunaan drone untuk mendeteksi kesehatan tanaman pangan.
Uji coba tersebut dilakukan di kalangan petani di Dusun Cempaka, Desa Sungai Itik, Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat.
Direktur Swadiri Institut, Hermawansyah mengatakan, uji coba ini lantaran di luar negeri drone sudah dipakai untuk membantu mendeteksi kesehatan tanaman.
“Misalnya di Eropa, untuk lahan tanaman anggur yang luasnya ratusan hektare, petani menggunakan drone untuk mendeteksi penyakit yang menyerang tanaman tersebut,” ujarnya, sebagaimana dikutip Antara.
Beberapa bulan terakhir, Swadiri Institut mengembangkan drone untuk lahan pertanian. Pengembangan tersebut didukung pula oleh Pulselab Jakarta dan UNDP. Sementara itu, Sungai Kakap dipilih sebagai lahan uji coba karena area tersebut merupakan kawasan pangan di Kalbar, serta memiliki lahan pertanian yang cukup luas.
“Jadi nanti dapat dilihat mana tanaman yang sehat dan tidak. Harapan ke depan, penggunaan drone ini dapat diadopsi pemerintah dan dimaksimalkan untuk meningkatkan produksi petani. Yang mengelola bisa petugas penyuluh lapangan,” terang Hermawansyah.
Peneliti dari Swadiri Institut, Arief Munandar pun menjelaskan, drone yang digunakan adalah jenis baling-baling empat dengan kemampuan terbang 150—200 meter. Lama terbang berkisar 25 menit.
Lanjutnya, untuk mendeteksi kesehatan tanaman, drone tersebut dilengkapi dua jenis kamera, yakni yang khusus infra red dan visible atau biasa.
“Kemudian, di ketinggian tertentu, kamera digunakan untuk memotret lokasi yang akan dipantau,” sebut Arief.
Hasil dari dua kamera tersebut digabung dan disandingkan menggunakan aplikasi tertentu sehingga menghasilkan gambar yang menunjukkan angka kesehatan tanaman sesuai warna yang ditampilkan nantinya.
“Yang diambil adalah proses fotosintesis dari tanaman. Untuk tanaman yang sehat, kisarannya dari warna yang sesuai angka 0,4 sampai 0,9. Sedangkan yang tidak sehat, dari angka 0,1 sampai 0,3,” papar Arief.