Dinamika Harga Porang yang Masih Terbilang Menguntungkan

Pertanianku — Kementerian Pertanian saat ini terus mendorong pengembangan porang sebagai salah satu komoditas unggulan Indonesia karena memiliki potensi, nilai, serta permintaan ekspor yang cukup tinggi. Harga porang sendiri terbilang dinamis dalam jangkauan yang wajar dan bergantung pada mekanisme pasar. Harga porang yang sempat mengalami penurunan kini sudah mulai mengalami kenaikan.

harga porang
foto: pertanianku

“Memang kondisi harga porang di lapangan saat ini Rp6.000 tapi sudah mulai naik lagi di angka Rp6.500 per kilogram. Beberapa tahun lalu pernah harga mencapai Rp4.000, juga pernah Rp2.500, bahkan pernah rendah hingga Rp600 per kilogram,” ujar Yoyok Triono, petani porang asal Kabupaten Madiun, Jawa Timur seperti dikutip dari laman pertanian.go.id.

Yoyok sudah menjadi petani porang sejak 2010. Yoyok mengatakan bahwa banyak petani baru yang memulai usaha budidaya dengan ekspektasi keuntungan yang besar.

“Meskipun ada dinamika harga, tanaman porang dibandingkan dengan tanaman lain maupun palawija memang masih lebih menguntungkan,” terang Yoyok.

Yoyok berharap harga komoditas porang ke depan dapat lebih stabil. Menurutnya, salah satu cara untuk menjaga agar harga porang tetap stabil adalah menunda masa panen ke masa panen berikutnya sehingga keuntungan dan hasil yang akan didapatkan menjadi lebih besar.

“Untuk menjaga harga, kita tidak buru-buru menjual bila harga belum cocok. Ini berbeda dengan tanaman lain, porang bisa ditunda panennya dan aman tidak rusak. Malah nanti dipanen di musim berikutnya umbinya semakin besar,” papar Yoyok.

Selain itu, Yoyok menilai porang termasuk tanaman yang mudah dirawat serta minim serangan hama dan penyakit yang dapat merugikan petani. Hal ini menjadi keuntungan lain dalam menanam porang.

Yoyok berpendapat harga porang yang masih dinamis saat ini masih tetap mampu memberikan keuntungan kepada petani. Hal ini karena porang hasil produksi, khususnya di Kabupaten Madiun, tetap laku dan dibeli pengepul. Selain itu, di Madiun juga mulai tumbuh usaha pengolahan porang skala kecil dan UKM yang dapat menambah penghasilan petani porang.

Sebelumnya, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengungkapkan penurunan harga komoditas ini terjadi karena faktor supply dan demand.

“Satu hektarenya menjanjikan hasil yang besar. Dan kita berharap harga porang bagus banget. Tetapi kami juga tidak boleh bergantung pada ekspor. Oleh karena itu, perlu melakukan end product atau produksi akhir harus dilakukan di Indonesia,” jelas Syahrul.