Pertanianku — Petani tanaman hias berkeinginan menerapkan teknologi kultur jaringan untuk mengembangkan tanaman hias. Berangkat dari keinginan yang disampaikan oleh petani tanaman hias, Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan (Distanhorbun) Kabupaten Bogor mulai bekerja sama dengan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) untuk mempelajari ilmu dan proses pembuatan kultur jaringan.
“Kalau dulu petani-petani sulit ditawari teknologi, tapi sekarang mereka yang minta. Jadi jika ke sini atas permintaan kelompok petani,” ujar Ida Sriwidaningsih, Kepala Bidang Hortikultura Distanhorbun Kabupaten Bogor seperti dikutip dari laman litbang.pertanian.go.id.
Meningkatkan minat petani terhadap teknologi pertanian didasari atas kesadaran betapa bahayanya jika terus melakukan eksploitasi terhadap lingkungan.
“Petani sekarang sudah banyak yang sadar bahwa dengan eksploitasi langsung dari alam bisa menyebabkan tanaman habis, untuk itu mereka ingin membudidayakan secara kultur jaringan,” tambah Ida.
Kunjungan tersebut disambut baik oleh kepala Balai Besar Litbang Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian (BB Biogen), Mastur, Ph.D. Mastur memaparkan peluang kerja sama yang akan dijalin antara Distanhorbun Kabupaten Bogor dan Balitbangtan adalah pengembangan komoditas menggunakan teknologi kultur jaringan.
Distanhorbun Kabupaten Bogor sebenarnya sudah memberikan bantuan berupa bibit pisang hasil kultur jaringan sejak 2017 kepada para petani. Kini, pihaknya sudah mulai merambah ke komoditas tanaman hias karena sudah banyak petani yang meminta.
Permintaan tersebut disebabkan oleh kenaikan lonjakan permintaan terhadap komoditas tanaman hias pada pandemi Covid-19. Untuk mencukupi seluruh permintaan yang ada, petani memerlukan teknologi pertanian yang dapat memperbanyak jumlah tanaman dengan aman, ketimbang harus mencarinya langsung dari alam. Pasalnya, jika petani masih terus mengambil tanaman langsung dari alam, jumlah populasi tanaman tersebut akan berkurang dan bisa saja mengalami kepunahan.
Dalam kunjungan tersebut, Distanhorbun mengajak perwakilan petani milenial, penyuluh pertanian, petugas pengendali Organisme Pengganggu Tanaman (OPT), dan petugas UPT. Selain diajak diskusi dan menetapkan waktu untuk pelaksanaan bimbingan tata cara kultur jaringan, para peserta yang ikut juga diajak untuk melihat kegiatan yang berlangsung di laboratorium kultur jaringan.