Pertanianku — Domba palu sudah dibudidayakan oleh masyarakat secara turun-temurun. Domba lokal ini sudah ditetapkan sebagai kekayaan sumber daya genetik ternak lokal Indonesia yang perlu dilestarikan dan dilindungi pada 2013 melalui Keputusan Menteri Pertanian Nomor 697/Kpts/PD.410/2/2013. Domba palu berasal dari Provinsi Sulawesi Tengah dan tersebar luas di provinsi tersebut.

Domba lokal ini memiliki keragaman bentuk fisik yang khas dibanding domba asli dan domba lokal lainnya. Asal-usul domba ini dimulai pada abad ke-18 ketika domba kirmani dari persia didatangkan ke Indonesia. Setelah itu, domba tersebut dikembangkan secara turun-temurun oleh masyarakat di Sulawesi Tengah.
Warna kepala domba palu cukup beragam, mulai dari putih, hitam, cokelat, putih-hitam, hingga putih-cokelat. Begitu pun dengan warna tubuhnya. Variasi warnanya mulai dari putih, hitam, cokelat, kombinasi putih-hitam, dan kombinasi cokelat-putih.
Kepala domba palu berukuran kecil dengan profil hidung yang lurus. Telinganya juga berukuran kecil hingga sedang, mengarah ke bawah hingga menukik, dan di bagian ujung mengecil.
Domba palu memiliki tanduk yang panjang melebar ke samping, melingkar ke bawah dan ujungnya menukik ke atas, atau melingkar ke bawah. Adapun domba betina tidak bertanduk.
Bagian punggung domba lurus dan sebagian agak melengkung. Semakin ke belakang, punggung domba akan semakin tinggi hingga bagian pinggul.
Ekor pejantan domba palu lebih besar dibanding domba lainnya. Bentuk ekornya cukup bervariasi, mulai dari gemuk bagian ujung melingkar ke bawah, ekor gemuk ujung melingkar ke atas, ekor gemuk ujung melingkar dan mengecil, ekor gemuk ujung melingkar ke arah bawah. Sementara itu, ekor betina cenderung lebih tipis dan bagian ujungnya mengecil mengarah ke bawah. Bulu domba ini tergolong keriting dan pendek lurus.
Sifat keindukan domba asal Sulawesi Tengah ini tergolong baik. Domba sudah memasuki dewasa kelamin saat berumur 8–10 bulan dan sudah mulai beranak pertama kali pada umur 12–18 bulan. Periode bunting domba palu berlangsung selama 150–159 hari, proses berahi berlangsung selama 24–36 jam, dan jumlah anak yang dilahirkan mencapai 1–2 ekor.