Dongkrak Produksi Daging Sapi, Kementan Kembangkan Sapi Belgian Blue

Pertanianku – Guna memenuhi dan mendongkrak produksi daging sapi tanah air, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) Kementerian Pertanian (Kementan) melalui salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) di bawahnya, yaitu Balai Embrio Transfer (BET) Cipelang saat ini tengah mengembangkan sapi Belgian Blue asal Belgia.

Penggunaan Belgian Blue di BET Cipelang ini sebagai wujud pengembangan teknologi dalam rangka introduksi bangsa sapi baru di Indonesia. Sapi Belgian Blue kemudian disilangkan dengan sapi lokal untuk meningkatkan perototan sapi lokal.

Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak Ditjen PKH, Dr. Ir. Surachman Suwardi menyampaikan, Indonesia menggunakan semen beku Belgian Blue dan mengimplementasikan TE (Transfer Embryo) sudah dilakukan sejak 2016 lalu.

“Dalam sejarahnya, sapi Belgian Blue (selanjutnya disebut sapi BB) merupakan perkawinan antara sapi Shorthorn atau Durham dengan sapi lokal Belgia. Sapi hasil persilangan ini memliki warna kulit “kebiruan” sehingga disebut dengan Belgian Blue,” kata Surachman.

Dengan mengaplikasikan metode seleksi ketat dan waktu yang lama, diperolehlah sapi dengan penampilan perototan yang super. Pada sapi BB, perototan yang menonjol tampak hampir di seluruh tubuhnya. Dengan perototannya yang luar biasa, Belgian Blue ini disebut Double Muscle Belgian Blue (DM-BB).

Sapi Belgian Blue awalnya merupakan sapi yang utamanya digunakan sebagai penghasil daging. Namun, selain sebagai penghasil daging, sapi Belgian Blue juga digunakan untuk beberapa tujuan, di antaranya juga digunakan dalam perkawinan dengan sapi perah. Selain digunakan sebagai upaya pemenuhan produksi daging, keberadaan Belgian Blue juga digunakan untuk disilangkan dengan sapi lokal untuk memperbaiki perototannya.

Drh. Oloan Parlindungan Kepala BET Cipelang, mengatakan bahwa beberapa penelitian menyebutkan bahwa perototan yang sangat ekstrem pada sapi Belgian Blue ini disebabkan oleh mutasi pada gen myostatin, gen yang bertanggung jawab terhadap pertumbuhan otot pada sapi. Mutasi inilah yang menyebabkan terjadinya Muscular Hypertrophy (MH) pada beberapa bangsa sapi.