Pertanianku — Dugong sering disebut sebagai duyung oleh masyarakat Indonesia karena gaya berenangnya mirip seperti manusia. Ketika malam hari, mamalia ini terlihat seperti seorang perempuan yang sedang berenang. Namun, tahukah Anda bahwa mamalia ini berada di ambang kepunahan karena jumlah populasinya semakin menurun.
Dugong atau Dugong dugon merupakan salah satu jenis mamalia laut yang berada di perairan Indonesia. Mamalia ini merupakan satwa ordo Sirenia dengan area tempat tinggal yang tidak terbatas. Anda bisa menjumpai hewan ini di mana saja, tidak hanya sebatas di perairan pesisir.
Dugong bisa hidup selama 70 tahun, tubuhnya berukuran besar bisa mencapai 3 meter dengan berat 450 kg. Hewan ini merupakan satu-satunya mamalia yang memakan lamun dan merupakan salah satu faktor penting dalam keseimbangan ekosistem lamun. Anda bisa menjumpai hewan ini di sepanjang cekungan Samudera Hindia dan Pasifik.
Hewan laut berukuran besar ini adalah hewan herbivora yang memakan lamun. Namun, sayangnya habitat lamun semakin berkurang. Berdasarkan data yang dipublikasi LIPI, hanya terdapat 5 persen lamun yang tergolong sehat, 80 persen lamun kurang sehat, dan 15 persen lagi sudah tergolong tidak sehat.
Sebenarnya, dugong sudah dilindungi oleh Pemerintah Indonesia melalui Peraturan Pemerintah No. 7 tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa.
Dugong juga sudah ditetapkan sebagai biota perairan yang dilindungi berdasarkan Undang-Undang No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Penetapan tersebut dilakukan karena terjadi penurunan jumlah populasi mamalia pemakan lamun tersebut hingga berada di ambang kepunahan.
Namun, meskipun sudah ditetapkan sebagai biota yang dilindungi, populasi dugong secara nasional terus mengalami penurunan. Pemerintah perlu melakukan tindakan penanganan untuk mencegah terjadinya kepunahan.
Ada banyak ancaman yang bisa membuat hewan ini punah. Salah satunya yang paling sering terjadi adalah pergerakan dugong yang lambat sehingga mudah tersangkut di jaring nelayan. Mamalia ini bisa terperangkap secara tidak sengaja di alat tangkap seperti jaring insang dan jaring ikan hiu.
Selain itu, masih banyak masyarakat yang memercayai air mata mamalia ini dianggap suci dan bisa dijadikan sebagai bahan ritual klenik. Padahal, cairan yang keluar dari mata mamalia tersebut hanya merupakan lendir pelembap mata yang keluar ketika mata dugong sedang kering karena tidak berada di dalam air. Anggapan tersebut menyebabkan penangkapan dugong masih sering dilakukan hingga saat ini.