Pertanianku — Jika Anda seorang pecinta alam, pasti sudah tidak asing lagi dengan bunga abadi bernama edelweiss (Anaphalis javanica) atau bunga senduro. Nama edelweiss berasal dari Bahasa Jerman, Edel berarti mulia dan Weiss berarti putih. Bunga ini hanya bisa tumbuh di ketinggian 1.800 hingga 3.000 meter di atas permukaan laut dan membutuhkan sinar matahari penuh.
Edelweiss memang akrab dengan para pendaki. Bunga cantik ini merupakan spesies tanaman berbunga endemik yang banyak ditemukan di daerah pegunungan di Jawa, Sumatera Selatan, Sulawesi Selatan dan Lombok. Edelweiss dapat tumbuh hingga 8 meter dan dapat memiliki batang berdiameter sebesar kaki manusia walaupun umumnya tidak melebihi 1 meter. Proses pemekaran bunga edelweiss cukup lama. Tak heran bunga ini dijuluki sebagai bunga abadi.
Tidak mudah untuk sekadar menikmati keindahan edelweiss. Kita terlebih dahulu akan mengalami kepanasan, kedinginan, kehujanan (jika musim hujan), melewati hutan yang rimbun, dan tentunya melalui perjalanan yang sangat jauh. Namun, ketika sampai di lokasi tumbuhnya bunga ini, rintangan yang melelahkan akan terbayar dengan pesona keindahannya. Apalagi saat suasana alam sedang bersahabat, itu merupakan peristiwa yang sakral bagi para pendaki.
Edelweiss dikagumi dan disukai oleh siapa saja yang melihatnya, begitu juga dengan jenis serangga seperti kupu-kupu, tirip, lalat, tabuhan, dan lebah terlihat mengunjunginya. Jika tumbuhan ini cabang-cabangnya dibiarkan tumbuh cukup kokoh, edelweiss dapat menjadi tempat bersarang bagi burung tiung batu licik (Myophonus glaucinus).
Bunga dan bagian-bagian lain edelweiss sering dipetik dan dibawa turun dari gunung untuk alasan-alasan estetis dan spiritual, atau sekadar kenang-kenangan oleh para pendaki. Padahal, sudah tercatat dalam UU No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem yang melarang para pendaki merusak habitat dan mengambil bagian-bagian tumbuhan edelweiss. Ada beberapa tempat terbaik untuk melihat edelweiss.
Berikut tempat terbaik untuk melihat edelweiss.
- Tegal Alun (Gunung Papandayan)
Tak salah orang menyebut Garut sebagai Swiss van Java. Edelweiss bermekaran dengan subur di padang yang luas sejauh mata memandang. Di kawasan ini tidak diizinkan mendirikan tenda. Berangkat sebelum matahari terbit adalah waktu yang tepat untuk menginjakkan kaki di Tegal Alun.
- Alun-Alun Surya Kencana (Gunung Gede)
Surya Kencana bisa dicapai dengan berjalan kaki sekitar 3—5 jam dari pintu masuk jalur Gunung Putri. Terdapat mitos yang menyebutkan banyak terdengar suara derap kaki kuda prajurit Pangeran Surya Kencana di tempat ini. Suara ini tentu hanya bisa terdengar oleh orang-orang tertentu.
- Alun-Alun Mandalawangi (Gunung Pangrango)
Keindahan ‘savana’ edelweis ini bahkan pernah tertuang dalam bait-bait puisi milik Soe Hok Gie. Gie adalah seorang aktivis di era orde lama yang juga seorang pecinta alam. Hamparan edelweis di sini terlihat lebih epik dengan background gunung yang berselimut ‘karpet hijau’ yang begitu menyejukkan.
- Plawangan Sembalun (Gunung Rinjani)
Plawangan Sembalun terletak di Gunung Rinjani, Nusa Tenggara Barat. Pos terakhir sebelum puncak, 2.700 meter di atas permukaan laut, satu kilometer di bawah puncak Rinjani. Plawangan ini berupa jalur sempit di puncak lembahan. Dari ketinggian kita bisa memandang Danau Segara Anak. Edelweiss berada di pinggir-pinggir trek. Tetap berhati-hati agar tidak jatuh ke jurang.