Pertanianku — Neraca perdagangan pada sektor ekspor pertanian justru mengalami kenaikan. Tercatat neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus sebesar US$ 743. Surplus tersebut terjadi karena nilai ekspor meningkat 0,23 persen atau setara US$ 14,09 miliar dari Februari 2020 yang hanya sebesar US$ 14,06 miliar. Hanya sektor pertanian yang sedang mengalami kenaikan, baik secara bulanan maupun tahunan.

Kepala Badan Pusat Statsitik (BPS) Suhariyanto mengatakan ekspor pertanian mengalami kenaikan yang signifikan, baik secara bulanan maupun tahunan. Ekspor pertanian saat ini sudah mencapai USD 320 juta atau naik sebesar 6,10 persen (mtm/month to month) dan naik 17,82 persen (yoy/year on year).
“Komoditas yang mengalami kenaikan itu di antaranya tanaman obat dan aromatik. Kemudian ada juga rempah, buah-buahan, hasil hutan bukan kayu, serta sarang burung walet,” tutur Suhariyanto seperti dikutip dari laman pertanian.go.id.
Menurut Suhariyanto saat ini sektor pertanian memiliki peranan penting terhadap kenaikan kinerja ekspor. Tercatat, ekspor nonmigas mengalami kenaikan sebesar 1,24 persen dari yang sebelumnya pada Februari 2020 hanya US$ 13,26 miliar menjadi US$ 13,42 miliar. Sementara, untuk ekspor migas justru mengalami penurunan sebesar 16,26 persen dari US$ 800 juta menjadi US$ 670 juta.
Selama Maret, ekspor komoditas pertanian asal Indonesia mengalami kenaikan tertinggi untuk negara tujuan Singapura, Malaysia, dan Ukraina. Masing-masing negara dapat mencapai nilai USD 281,5 juta, USD 89,7 juta, dan USD 46,4 juta.
Untuk ekspor nonmigas, Tiongkok menjadi tujuan negara ekspor yang mencapai US$ 1,98 miliar, selanjutnya adalah Amerika Serikat sebesar US$ 1,57 miliar, dan Jepang sebesar US$ 1,14 miliar. Ketiga negara tujuan ekspor tersebut sudah berkontribusi untuk menaikkan kinerja ekspor mencapai 34,99 persen. Sementara, untuk ekspor ke Uni Eropa yang terdiri atas 27 negara mencapai US$ 1,22 miliar.
Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementerian Pertanian, Kuntoro Boga Andri mengatakan, naiknya ekpor komoditas pertanian dapat menjadi bukti bahwa sektor pertanian bisa menjadi penopang ekonomi nasional termasuk di tengah pandemi Covid-19. Di mana hampir semua sektor mengalami penurunan karena efek dari wabah ini.
“Bila petugas kesehatan adalah frontliner, maka petani adalah backliner di masa pandemi ini. Kita berterima kasih mereka terus menjaga makanan dan ekonomi nasional,” tutur Kuntoro.