Pertanianku — Jika Anda perhatikan lebih detail, beberapa burung cucakrawa mengeluarkan suara kicauan yang berbeda-beda. Ternyata, hal tersebut disebabkan oleh adanya tingkat kualitas suara burung cucakrawa. Tingkatan ini ditentukan oleh para juri arena kontes yang kemudian digunakan oleh hobiis. Kualitas burung cucakrawa memiliki enam tingkatan sebagai berikut.
Gedongan
Suara cucakrawa yang disebut gedongan tergolong kualitas paling kurang baik. Digunakannya istilah gedongan karena cucakrawa tersebut lebih banyak dimiliki oleh penggemar yang rumahnya tergolong baik. Kebanyakan suara gedongan dimiliki cucakrawa betina yang salah dalam pengurusan atau perawatannya. Suara gedongan dicirikan dengan kicauan yang pelan (lambat), sedikit variasi, dan tidak jernih. Burung bersuara ini biasanya tidak rajin berkicau.
Engkel
Pada tingkat ini, suara kicauan cucakrawa sudah tergolong lebih baik. Ada peningkatan suara dari segi variasi, tetapi masih lambat. Sering juga penggemar, khususnya penggemar di Jawa Tengah, menyebutnya dengan “ngengkel”. Untuk ukuran penggemar biasa, suara cucakrawa yang tergolong engkel sudah cukup baik. Umumnya, tipe suara ini lebih banyak dimiliki cucakrawa jantan dari Kalimantan yang salah perawatan.
Engkel panjang
Cucakrawa yang kualitas suaranya tergolong engkel panjang bisa dikatakan lebih dari sekadar cukup karena variasi suaranya cukup banyak. Cucakrawa bersuara ini juga lebih rajin berkicau. Cucakrawa yang bersuara engkel panjang hanya menonjolkan variasi suara dan jarang berkicau dengan suara cepat. Suara kicauan cucakrawa engkel panjang umumnya dimiliki cucakrawa jantan asal Medan, Sumatera Selatan, dan Jambi yang kurang perawatan.
Semi-roppel
Pada tingkat suara semi-roppel, kecepatan suaranya lebih sering terdengar. Akan tetapi, variasi yang dikicaukan masih terdapat banyak celah, sela, atau jarak antarvariasi suaranya masih ada lubang. Sela atau lubang tersebut ada kemungkinan terisi suara burung lain sehingga menimbulkan kesan seperti berpasangan. Hal ini mungkin saja terjadi karena variasi suara semi-roppel tergolong agak banyak.
Cucakrawa asal Sumatera Selatan, Jambi, dan Aceh yang perawatannya baik bisa mencapai kualitas suara semi-roppel. Cucakrawa jantan asal Medan jarang yang bersuara semi-roppel, kebanyakan bersuara engkel panjang.
Dobel Slah
Istilah suara dobel slah dapat dikatakan baru dan kurang populer di kalangan penggemar burung cucakrawa. Pada tingkat ini, suara cucakrawa tergolong baik. Akan tetapi, masih ada lubang atau selah yang memungkinkan suara cucakrawa lain mengikuti. Biasanya, suara ini dimiliki cucakrawa jantan asal Lampung, Sumatera Selatan, dan Jambi. Suara ini juga banyak dimiliki cucakrawa betina asal Medan, tetapi suaranya agak lambat.
Roppel
Istilah roppel yang dipakai di sini masih kurang jelas pembentukan katanya. Ada kemungkinan diambil dari kata “rope” yang artinya tali dan kata “roll” yang berarti bergulung. Jadi, suara roppel dapat diartikan suara yang panjang seperti tali dan bergulung. Suara roppel terkadang disebut dengan suara “ngropel”.
Cucakrawa bersuara roppel mempunyai kecepatan suara seperti tidak memiliki jarak, tidak ada selah di antara variasinya, serta terdengar cukup besar dan keras. Suara demikian, banyak dimiliki cucakrawa betina asal Medan dan cucakrawa jantan asal Lampung.