Pertanianku — Sugar glider merupakan salah satu hewan yang sering dipelihara menjadi hewan kesayangan. Sosok hewan berukuran kecil ini hampir mirip dengan tupai, perbedaannya hanya terletak pada bentuk moncongnya. Tupai memiliki moncong yang cenderung panjang, sedangkan sugar glider cenderung pesek. Berikut ini fakta menarik sugar glider yang perlu Anda ketahui.

Fungsi ekornya yang panjang
Pernahkah Anda menyadari ekor sugar glider cukup panjang. Rupanya, ekor tersebut memiliki fungsi yang cukup penting, yakni menjaga keseimbangan dan kelincahan ketika sedang berakrobat (melompat) dari pohon ke pohon.
Ukuran jantan lebih besar
Ukuran pejantan cenderung lebih besar dibanding betinanya. Umumnya, panjang tubuh hewan kesayangan ini sekitar 24–30 cm. Ciri khas lain dari pejantan adalah motif ‘pitak’ di bagian kepala dan dadanya.
Fungsi jari
Sugar glider memiliki empat kaki dan tiap kaki memiliki lima jari yang dilengkapi dengan cakar, kecuali pada jari pertama di kedua kaki belakang.
Selaput patagium
Ciri khas lain dari hewan yang mirip tupai ini adalah selaput patagium yang cukup tebal dan memanjang pada kelima jari kaki depan. Selaput ini digunakan sugar glider untuk berpindah dari satu tempat ke satu tempat yang lain.
Menandai kekuasaan dengan bau
Pada tubuh hewan menggemaskan ini terdapat empat buah kelenjar yang terletak pada bagian dahi, dada, serta dekat kloaka. Bau-bau spesifik dari kelenjar tersebut digunakan untuk menandai daerah kekuasaannya. Hal ini biasanya dilakukan oleh pejantan.
Mata bayi
Mata bayi sugar glider akan tertutup hingga umur 12–14 hari. Selama itu bayi akan berada di dalam kantong.
Kematangan seksual
Pejantan akan mencapai kematangan seksual pada umur 6–12 bulan, sedangkan betina terjadi pada umur 8–12 bulan. Ciri khas sugar glider yang sudah mencapai kematangan seksual adalah adanya pola pitak di dahi tempat kelenjar bau berada.