Pertanianku — Kemukus sudah terkenal sebagai tanaman obat yang memiliki banyak fungsi sehingga tanaman ini sangat sering digunakan sebagai obat tradisional. Buah kemukus berkhasiat mengatasi penyakit kelamin, bronkhtis, disentri, radang selaput lendir saluran kemih, penyakit perut, dan obat mencret.

Kemukus atau Piper cubeba Lf. berasal dari suku lada-ladaan (Piperaceae). Di dalam buah tanaman ini terkandung 10—20 persen minyak atsiri. Buah kemukus yang berasal dari Jawa Tengah hanya mengandung minyak atsiri sebanyak 6,51 persen.
Selain sebagai obat herbal, kemukus kering juga terkenal sebagai bumbu rempah yang sering digunakan dalam masakan tradisional. Di Barat, tanaman ini sering dimanfaatkan sebagai penguat rasa pada gin dan rokok.
Pemanfaatan tanaman kemukus sebagai obat herbal di Indonesia masih terbilang rendah. Hal ini dsebabkan karena kondisi tanaman yang sudah terlalu tua dan kurangnya sistem pemeliharaan tanaman yang benar. Tanaman herbal ini sebenarnya tetap dapat tumbuh dan berproduksi hingga mencapai umur 50 tahun.
Orang Indonesia sudah sejak lama menggunakan tanaman ini sebagai obat asma karena tanaman kemukus sangat mudah dijumpai tumbuh di Indonesia. Namun, sayangnya masih belum banyak penelitian yang menguji khasiat tanaman ini.
Sebagai obat herbal sesak napas, tanaman ini mengandung senyawa seperti kubebin, epikubebin, dan dihydrokubebin. Kubebin merupakan senyawa yang berkhasiat sebagai antiradang yang dapat membantu mengatasi permasalahan terkait asma.
Fakta uniknya, Indonesia pernah menjadi negara pengekspor buah kemukus sejak masa penjajahan Belanda pada 1918—1925. Kemukus yang diekspor sudah dalam bentuk kering dan jumlahnya mencapai 184,40 ton per tahun.
Sebelum masa perang Kemerdekaan RI, ekspor komoditas ini masih terbilang stabil. Namun, setelah 1956, aktivitas ekspor ini semakin menurun hingga akhirnya pada 1963 Indonesia sudah tidak menjadi negara pengekspor kemukus lagi. Pasalnya, untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri saja masih kurang sehingga kegiatan ekspor kemukus harus berhenti.
Saat ini produksi nasional tanaman herbal ini hanya mencapai 223 ton per tahun dengan luas lahan sekitar 517 hektare. Ini tandanya, produktivitas tanaman hanya sekitar 0,43 ton/hektare/tahun. Tingkat produktivitas tersebut masih terbilang rendah.