Formulasi Pada Biopestisida

Pertanianku – Formulasi produk juga merupakan tahapan yang kritis dikatakan oleh Boyette et al (1996) bahwa proses formulasi harus dapat optimal memperbaiki stabilitas propagul dalam berbagai macam penyimpanan, meningkatkan khasiat sebagai pengendali hayati pada aplikasi kondisi lapangan, serta dalam cara penanganannya. Ini merupakan pekerjaan yang dapat dikatakan rumit, banyak menyita waktu dan kesungguhan.

Formulasi

Produk akhir harus aman dan mudah digunakan dengan cara-cara teknologi yang ada sekarang misalnya, yang sering diterapkan adalah dengan dengan cara penyemprotan. Dengan demikian, produk harus mudah larut di air, jika dalam bentuk granule tidak banyak terjadi endapan.

Bahan-bahan tambahan didalam komposisi formula untuk bioherbisida, sedapat mungkin dipolakan dapat menopang tampilan produk terutama pada kondisi aplikasi di lapangan. Bahan-bahan penyusun diupayakan dapat menopang kebutuhan propagul jamur dapat melekat pada gulma target, kelembapan terjaga, dan disertakan pula kesediaan nutrisi untuk mempermudah perkecambahan dari spora atau konidia. Bahan-bahan penunjang untuk formulasi umumnya dapat digunakan dari produk pertanian, seperti tepung, protein, dan minyak, serta bebarapa bahan anorganik sebagai pengisi/matrik dapat digunakan tanah lempung kaolin, pasir diatomae, talkum.

Pengembangan proses fermentasi dan formulasi harus merupakan kesatuan pemikiran dalam upaya mereduksi biaya dan memaksimalkan khasiat produk. Pada proses fermentasi dapat dihasilkan propagul yang tinggi, tetapi dalam proses formulasi jika kurang tepat dapat menurunkan jumlah spora/konidia yang hidup. Dengan demikian, maka harus diperhatikan dalam menentukan proses formulasi, sejalan dengan proses fermentasi dan jenis dari jamur patogen. Sebagai contoh dipaparkan olehChurchill.,(1982), produk dari Collego, dengan bahan aktif Colletotricium truncatum perbanyakan spora dengan medium cair (liquid susbtrat), dan dipanen langsung dari medium pertumbuhan tersebut dengan menggunakan filter tanah diatomae dan dikeringkan dengan aliran udara panas menjadi produk jadi. Contoh lain produk dengan bahan aktif jamur Pytophthora palmivora produksi DeVine, dipanen dalam bentuk keseluruhan substrat dan dikapalkan dalam bentuk cair di dalam tangki pendingin dikirim kelokasi pemesan langsung digunakan dilapangan (Kenney.,1986). Dari kedua contoh ini tergambarkan bahwa proses dan formulasi yang sesingkat mungkin sebagai upaya mengurangi biaya produksi, agar dapat kompetitif dipasarkan.

 

Sumber: Buku Menggunakan Biopestisida