Pertanianku — Tingginya popularitas umbi porang membuat Presiden Jokowi ingin memasukkannya sebagai komoditas unggulan. Permintaan ekspor komoditas ini terus meningkat setiap tahunnya sehingga banyak orang yang mulai tertarik melirik potensi umbi ini. Salah satu rahasia yang membuat popularitas porang naik adalah kandungan glukomanan yang terkandung di dalamnya.
Porang sama seperti umbi-umbian lainnya yang mengandung karbohidrat, lemak, protein, mineral, dan serat pangan. Kandungan karbohidrat di dalam porang terdiri atas pati, glukomanan, serat kasar, dan gula reduksi. Kandungan glukomanan di dalam umbi ini tergolong tinggi.
Melansir dari buku pedoman yang dikeluarkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, kandungan glukomanan di dalam porang kuning (A. oncophyllus) mencapai 55 persen, sedangkan porang putih (A. variabilis) sekitar 45 persen. Sementara itu, kandungan glukomanan pada umbi sejenis suweg (A. campanulatus) hanya sekitar 0–3,1 persen.
Glukomanan larut di dalam air dan membentuk massa yang mengental dengan kemampuan mengembang. Larutan kental tersebut bersifat seperti plastik dengan tingkat kekentalan yang mencapai 35.000 cps pada konsentrasi larutan 1 persen. Itu sebabnya kandungan ini bermanfaat sebagai pengental alami.
Kandungan di dalam umbi porang juga dapat membentuk lapisan tipis (film) yang jernih, bersifat cair seperti agar, stabil pada kondisi asam, toleran terhadap konsentrasi garam yang tinggi, dapat merekat kuat di dalam air, dan bisa diendapkan dengan etanol serta kristal. Kandungan glukomanan dapat dipisahkan melalui proses pemurnian yang dilakukan dengan cara mekanis dan kimia.
Glukomanan membuat umbi porang dicari-cari oleh kalangan industri, mulai dari industri pangan, bahan kimia, hingga farmasi. Di industri pangan, kandungan ini bisa digunakan sebagai bahan campuran berbagai produk kue, roti, es krim, permen, jeli, selai, dan pengental sirup, serta sari buah.
Seperti serat pangan umumnya, glukomanan juga bersifat prebiotik karena merupakan media yang cocok untuk pertumbuhan bakteri di dalam usus besar. Oleh karena itu, makanan yang disuplementasi dengan 5 persen tepung glukomanan bisa meningkatkan populasi Bifidobacteria dan menurunkan jumlah bakteri jahat seperti C. perfringens dan E. coli.
Di bidang industri selain pangan dan farmasi, kandungan ini digunakan sebagai bahan baku lem/perekat kertas, pelapis kedap air, cat, pengisi tablet, zat pengental, penjernih air, media tumbuh mikroorganisme, isolasi listrik, negatif-film, kosmetika, seluloid, dan lain-lain.