Pertanianku – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution, Menteri Pertanian Amran Sulaiman, dan Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita melakukan kunjungan kerja ke Cianjur, Jawa Barat, guna inspeksi mendadak (sidak) ke Pasar Induk Pasir Hayam untuk mengecek harga pangan belum lama ini. Ketiga menteri tersebut kemudian melakukan launching integrasi Sistem Resi Gudang (SRG) dan pasar lelang komoditas dalam rangka meningkatkan akses pasar.
Saat melakukan sidak, tiga menteri tersebut berbincang dengan para pedagang untuk mengetahui secara langsung harga komoditas pangan seperti beras, daging sapi, daging ayam, bawang merah, dan cabai. Berdasarkan hasil sidak, harga beras termurah sebesar Rp7.600/kg, beras medium Rp8.000/kg, dan beras premium (IR 64) Rp10.000/kg. Sementara itu, harga daging sapi beku Rp80.000/kg, daging segar sapi lokal Rp105.000/kg hingga Rp110.000/kg, daging ayam Rp30.000/kg, bawang merah Rp27.000/kg, cabai kriting Rp50.000/kg, dan cabai merah Rp40.000/kg.
Menko Darmin menjelaskan bahwa persoalan melonjaknya beberapa harga komoditas pangan bukan semata hanya dipengaruhi oleh faktor produksi, melainkan beberapa faktor juga turut berkontribusi memengaruhi kenaikan harga komoditas pangan. Salah satu faktornya adalah beberapa komoditas pangan tidak semua dapat bertahan lama untuk disimpan. Dengan begitu, ketika bukan musim produksi akan terjadi kelangkaan stok dan itulah yang membuat harga-harga komoditas tersebut melonjak naik.
“Contohnya cabai tidak sama dengan bawang merah. Cabai tidak tahan lama atau cepat busuk, akibatnya cepat terjadi kekurangan stok di pasar sehingga harga naik. Sementara bawang merah bisa tahan lama disimpan di gudang pendingin sehingga stok dan harganya bisa normal lama,” ucap Darmin seperti dilansir dari laman Kementerian Pertanian (8/12).
Oleh karena itu, langkah selanjutnya yang perlu dilakukan untuk menjaga stok terus tersedia di saat bukan musim panen dan agar harga stabil, yakni dengan melakukan perbaikan sistem logistik pangan. Langkah yang dilakukan dengan membangun gudang pendingin dengan jumlah yang memadai, penyediaan mesin pengeringan (dryer) agar nilai jual komoditas pangan yang dihasilkan petani tinggi dan memperbanyak pembangunan pasar pengepul.
“Jadi, pemerintah tidak akan mengimpor komoditas pangan khususnya cabai dan bawang merah. Bagaimana mau impor, produksi di luar negeri pun tidak ada. Untuk itu, yang dilakukan pemerintah saat ini memperbaiki sistem logistik pangan,” lanjutnya.
Terkait penerapan integrasi sistem regi gudang dan pasar lelang komoditas, Menko Darmin menekankan perlunya memantau dan mendorong supaya tidak hanya integritas dan ketekunan tetapi kontinuitas dalam mengurusnya. Dengan begitu, hasilnya benar-benar dapat memberdayakan petani dan efisiensi perdagangan.
“Jadi soal sistem resi gudang ini sudah ada sejak 30 tahun lalu, sehingga kelemahan resi gudang sudah diperhitungkan. Untuk itu, resi gudang yang luncurkan sekarang harus mampu berhasil dengan belajar dari masa lalu,” jelasnya.
Sementara itu, Mentan mengatakan berkat melaksanakan arahan Presiden Jokowi untuk melakukan Program Upaya Khusus (Upsus) percepatan peningkatan produksi pangan, Indonesia mampu melewati ancaman dampak El Nino 2015 dan La Nina 2016. Program Upsus yang dilakukan, yakni meningkatkan indeks pertanaman melalui rehabilitasi irigasi dan membangun embung. Hasilnya dari biasanya tanam 1 kali menjadi 2—3 kali masa tanam.