Pertanianku – Bapak Jamal, yang sudah berpengalaman membenihkan lele sejak tahun 2000 silam tidak lepas dari kegagalan dalam memijahkan si kumis. Suatu waktu, karena adanya permintaan benih yang cukup banyak, sekitar 100 ribu ekor, ia pun memaksakan memijahkan 5 pasang induk dengan harapan hasil benihnya lebih dari yang dibutuhkan. Padahal, pria paruh baya ini memahami kalau kelima pasang yang akan dipijahkan hanya tiga pasang yang benar-benar siap. Sedangkan dua pasang lainnya masih belum matang gonad dengan sempurna.
Keesokan harinya, kelima pasang induk tersebut memijah dan mengeluarkan telur. Pada pagi hingga agak siang kondisi telur masih cukup bagus. Namun, menjelang sore hari sekitar 10—12 jam setelah pemijahan, kebanyakan telur mulai berubah warna menjadi keputihan. Untuk memastikan, pak Jamal menunggu hingga keesokan harinya. Hasilnya hampir separuh telur memutih. Yang paling banyak berasal dari dua pasang induk yang awalnya sudah diketahui memang belum matang gonad, tetapi tetap dipaksakan untuk memijah. Dari dua induk tersebut, dipastikan tidak lebih dari 15% yang menetas, selebihnya memutih.
Sementara itu, telur yang berasal dari tiga induk lainnya, meskipun ada juga yang tidak menetas, tetapi jumlahnya tidak lebih dari 20%. Sebenarnya, yang dilakukan oleh Pak Jamal adalah tindakan yang kurang tepat karena memaksakan induk yang dipijahkan belum matang gonad secara sempurna. Akibatnya, harapan Pak Jamal untuk mendapatkan benih yang banyak malah harus menerima kenyataan telur tidak menetas.
Kejadian serupa juga dialami oleh Indra, pembudidaya di Karawang. Suatu sore di akhir tahun 2007, Indra sudah berencana untuk memijahkan induk yang baru diperolehnya dari BBPBAT Sukabumi. Ia pun menyiapkan segala sesuatunya untuk keperluan pemijahan. Setelah kolam siap dan telah diisi air, Indra pun mulai memasukkan beberapa pasang induk lele.
Keesokan harinya, Indra merasa senang karena induk yang dipijahkan tersebut mengeluarkan telur. Namun, apakah Anda bisa menebak apa yang terjadi selanjutnya? Satu hingga dua hari kemudian, telur-telur tersebut tidak menetas, tetapi malah berubah warna keputihan, seperti berjamur.
Indra pun mencoba mencari penyebabnya. Telur yang tidak menetas kemungkinan besar karena dua faktor, yaitu kualitas air dan induk. Oleh karena kondisi air sudah sesuai, faktor yang paling kuat adalah induk. Setelah ditelusuri dan mencari tahu, salah satunya ke BBPBAT Sukabumi, ternyata induk yang dipijahkan tersebut belum siap dipijahkan. Artinya, telur induk belum matang (matang gonad).
Dari kejadian tersebut, kita mendapatkan pelajaran bahwa induk lele yang baru datang dari tempat lain sebaiknya tidak langsung dipijahkan. Jika induk yang dibeli masih tergolong calon induk, sebaiknya dipelihara dahulu selama 2—3 bulan sampai matang gonadnya. Setelah itu, baru siap dipijahkan. Jika induk yang dibeli sudah matang gonad pun, sebaiknya tidak langsung dipijahkan, tetapi diadaptasikan terlebih dahulu beberapa hari (4—7 hari) dengan lingkungan barunya. Dengan demikian, kondisi induk stabil dan tidak stres saat akan dipijahkan.
Sumber: Buku Belajar Dari Kegagalan Bisnis Lele