Hadapi Tantangan Budidaya Ikan Nila

Pertanianku – Seorang pria asal Jatiluhur, Jawa barat bernama Anto telah 10 tahun merintis usaha budidaya ikan nila. Bahkan, usahanya ini menjadi mata pencaharian utama baginya untuk menghidupi keluarga. Ikan yang dibudidayakannya meliputi ikan mas, nila, dan patin.

Selama sepuluh tahun menggeluti usaha budidaya perikanan kendala yang kerap ia rasakan, yakni serangan penyakit yang terkadang membuat ikan tiba-tiba mati tanpa sebab yang jelas.

Begitu juga dengan mewabahnya Tilapia Lake Virus atau virus Tilapia pada ikan nila yang terjadi di beberapa negara tetangga, dan masuk peringatan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Anto sendiri juga tak pernah mendengarnya. Menurutnya, selama menjadi pembudidaya ikan, yang ia tahu, dirinya kerap berhadapan dengan ikan yang tiba-tiba mati ketika terkena penyakit.

“Namun, saya tak tahu jenis penyakitnya, ini lebih karena kondisi air yang dingin, lalu ikan-ikan itu matanya hilang,” jelasnya.

Sejauh pengalamannya, Anto menilai virus atau penyakit yang melanda ikan nila biakannya biasa datang pada waktu tertentu seperti sekitaran Juni atau Juli.

“Selama ini hampir tidak ada penyuluhan untuk itu, jadi memang lebih ke individu. Kadang kita sendiri yang cari informasi, kadang ada juga masukan dari pihak pakan,” ucapnya.

Anto menuturkan budidaya ikan di Jatiluhur kondisinya tidak selalu stabil. Yang patut diantisipasi, kata dia, adalah ketika musim penghujan datang, sekitar Desember-Januari-Februari, dimana terjadi arus balik (upwelling) yang bisa merugikannya karena ikan-ikan banyak yang mati.

“Pernah kejadian di 2013, hampir 90 persen ikan di Jatiluhur mati, penyebabnya air jadi putih, oksigen tidak ada sehingga ikan lemas dan mati,” tambah Anto.

Namun, arus balik bukan kejadian yang terjadi setiap tahun. Menurutnya, kejadian itu pernah berlangsung pada 2008, 2009, dan yang terakhir 2013 lalu.

Anto mengatakan, dari ketiga jenis ikan biakannya, ikan patin yang paling kuat. Jika ikan mas dan nila mati, ia lalu memberikan bangkai ikan pada patin. “Sayang kalau dibuang, dimakan patin bisa gede ikannya,” ucapnya.

Lebih jauh, Anto mengatakan dirinya hingga saat ini masih menjalankan budidaya ikan dengan pengetahuan sendiri. Ia tak memungkiri jika ada keinginan untuk mengetahui lebih dalam seputar budidaya ikan. Terkait wabah virus Tilapia, ia berharap itu tidak melanda pada ikan hasil budidayanya.

Sebelumnya, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), melalui Direktur Jenderal Perikanan Budi Daya KKP, Slamet Soebjakto, di Jakarta, belum lama ini, mengingatkan para pembudidaya di berbagai daerah untuk meningkatkan kewaspadaan akan penyakit Tilapia Lake Virus yang mengancam ikan jenis nila dan mujair, baik hasil budidaya maupun perairan umum.