Hama Kutu Loncat dan Cara Mengatasinya

Pertanianku Kutu loncat atau Diaphorina citri merupakan hama yang meresahkan karena bertindak sebagai vektor dari penyakit huanglongbing (HLB) atau lebih sering dikenal dengan CVPD. Penyakit tersebut dapat menyebabkan kehancuran pada area penanaman jeruk jika tidak segera dikendalikan.

hama kutu loncat
foto: Pertanianku

Hama kutu loncat menyerang bagian kuncup, tunas, daun-daun muda, dan tangkai daun. Serangan hama tersebut menyebabkan tunas-tunas muda keriting dan pertumbuhannya terhambat. Apabila serangan kutu sudah terlalu parah, tanaman akan kering secara perlahan, kemudian mati.

Tunas muda tanaman menjadi tempat bagi kutu loncat untuk menyimpan telur sehingga tunas menjadi faktor penting dari proses kembang biak kutu. Satu ekor kutu mengandung pathogen L. asiaticus yang terbukti mampu menularkan penyakit sistemik ke pohon jeruk yang masih sehat.

Agar pengendalian vektor CVPD tepat sasaran, Anda perlu memahami dinamika populasi kutu loncat di daerah tersebut. Pasalnya, perkembangan kutu loncat sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan setempat.

Kutu juga menghasilkan sekresi berwarna putih transparan yang berbentuk spiral. Biasanya, hasil sekresi tersebut terletak di atas permukaan daun atau tunas.

Hama dapat dikendalikan dengan cara pengamatan, terutama pada tunas-tunas yang masih muda. Jika di kebun sudah ditemukan keberadaan kutu loncat, Anda harus langsung menangkap dan mengendalikan populasinya. Apalagi, untuk tanaman jeruk yang ditanam di daerah endemis CVPD, meski hanya satu kutu yang terlihat, Anda tetap perlu membasmi kutu tersebut.

Pengamatan yang dilakukan secara rutin dan lebih dini dapat mencegah penyakit menular lebih luas. Dengan begitu, tanaman jeruk yang masih sehat tidak akan ikut terjangkit penyakit tersebut.

Pengendalian paling efektif dilakukan dengan insektisida berbahan aktif Dimethoate, Alfametrin, Profenofos, Sipermetrin, dan sebagainya yang diaplikasikan melalui daun.

Pengendalian juga dapat dilakukan dengan penyaputan batang menggunakan insektisida sistemik yang dilakukan pada ketinggian 10—20 cm di atas bidang sambungan atau okulasi. Lebar saputan dilakukan sesuai dengan diameter batang. Penyaputan batang harus dilakukan bersamaan dengan penyiraman air untuk mempercepat distribusi insektisida ke seluruh jaringan tanaman.