Pertanianku — Sejak Mei 2022 harga komoditas bawang merah terpantau mengalami kenaikan. Namun, kenaikan harga bawang diprediksi tidak berlangsung lama karena sebentar lagi akan masuk periode panen. Kenaikan terjadi akibat imbas dari penurunan luas tanam pada Maret lalu. Apalagi, kemarin semua daerah sedang mengalami anomali cuaca yang cukup ekstrem dan kurang bersahabat bagi petani bawang merah.

Kondisi iklim yang cukup ekstrem tersebut membuat musim tanam bergeser sehingga produksi menurun. Kabar baiknya, data Statistik Pertanian Hortikultura (SPH) mencatat ada kenaikan luas tanam pada April dan Mei di beberapa sentra bawang merah. Dengan begitu, jumlah panen dari beberapa sentra seperti Bima, Pati, Brebes, dan Probolinggo akan semakin marak.
Berdasarkan data Early Warning System (EWS) Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian, produksi bawang merah nasional April 2022 sebesar 157.121 ton, sedangkan pada Mei mengalami penurunan menjadi 153.513 ton. Produksi bawang merah pada tahun ini diprediksi tidak akan jauh berbeda dengan tahun sebelumnya.
Dengan adanya peningkatan luas tanam di April–Mei 2022, mengindikasikan produksi pada Juni–Juli 2022 akan berangsur normal.
“Luas tanam bulan April di Brebes saja lebih dari 3.300 hektare. Belum lagi di daerah lain seperti Bima, Probolinggo, dan Solok. Pasokan untuk bulan Juni–Juli ini dipastikan akan berangsur normal kembali,” terang Sekjen ABMI, M. Ikhwan Arif, seperti dilansir dari laman hortikultura.pertanian.go.id.
Sebelumnya, masyarakat sempat dihebohkan dengan informasi gagal panen yang mencapai 80%. Ikhwan mengatakan gagal panen yang terjadi disebabkan oleh banyak faktor.
“Bahwa ada serangan OPT itu benar karena kondisi cuaca ekstrem. Bulan Juni ini kita biasa dengan kondisi keirng, namun saat ini di mana-mana curah hujan masih cukup tinggi. Tentu ini mendorong tumbuhnya hama penyakit tanaman. Soal persentasenya tentu pemerintah lebih lengkap datanya,” papar Ikhwan.
Sejalan dengan Ikhwan, Ketua Umum ABMI, Juwari, membenarkan pada Juni pasokan bawang akan berangsur kembali normal.
Masih melansir dari laman yang sama, petani bawang merah di Kendal, Ahmad Sholeh, mengaku kenaikan harga bawang merah yang terjadi saat ini disebabkan oleh banyak petani, terutama petani pemula, enggan menanam lagi akibat dari jatuhnya harga bawang merah pada akhir tahun lalu.
“Banyak petani yang mengeluh rugi, karena akhir tahun lalu jatuh harganya. Gak kuat lagi modalnya. Tapi kalau untuk petani yang sudah biasa, tetap menanam,” kata Sholeh.
Selain itu, saat ini harga pupuk dan obat-obatan yang tinggi menyebabkan biaya produksi menjadi lebih tinggi sehingga berimbas pada harga jual hasil panen.