Pertanianku – Sejak awal Ramadan lalu, beberapa komoditas pangan telah mengalami kenaikan. Setelah cabai, bawang putih, dan daging sapi, kali ini harga jengkol juga ikut meroket di sejumlah pasar tradisional di Indonesia.
Harga jengkol meroket tinggi di kisaran Rp70.000—Rp85.000 per kilogram (kg) untuk wilayah Jakarta. Bahkan, di beberapa daerah seperti Jambi, harga jengkol tembus di angka Rp120.000 per kg.
Daerah lainnya seperti Depok, jengkol pun mulai langka. Hal ini tentu membuat resah masyarakat yang mengincar pangan dengan aroma khas yang dikeluarkannya itu.
Menanggapi hal ini, Menteri Perdagangan RI (Mendag) Enggartiasto Lukita mengatakan tidak terlalu memusingkan harga jengkol karena bukan bahan pokok utama.
“Harga jengkol memang sudah menjadi kebiasaan naik saat bulan puasa,” ungkap Mendag belum lama ini, seperti mengutip Okezone (6/6).
Staf Khusus Menteri Perdagangan Bidang Hubungan Antarlembaga dan Peningkatan Sarana Perdagangan Eva Yuliana mengakui meskipun jengkol bukan komoditas utama yang selalu dikonsumsi masyarakat setiap harinya, kenaikan harga di luar batas kewajaran tentunya akan tetap sangat merepotkan warga.
“Memang jengkol bukan kebutuhan utama, tapi bukan kita meminggirkan orang yang makan jengkol. Akan tetapi kalau harganya naik, tentu akan menjadi resah,” ungkapnya.
Lebih jauh Eva mengatakan, jika memang benar-benar mengalami kenaikan, pihaknya meminta waktu untuk menganalisis penyebab melambungnya harga jengkol belakangan ini.
“Kalau harga tinggi kita beri waktu pemerintah untuk menganalisis apa sih yang menyebabkan harga jengkol tinggi,” tuturnya.
Ketua Umum Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi) Abdullah Mansyuri mengatakan, harga jengkol kemungkinan akan terus naik hingga menjelang Lebaran. Mengingat, permintaan konsumen di bulan Ramadan cukup tinggi.
“Kita punya keyakinan ini masih bisa naik terus, bisa mengalami titik yang sama seperti tahun sebelumnya di angka Rp100.000, ini yang bahaya,” ungkapnya.
“Jengkol ini kan tidak musim panen dan memang dalam kondisi sulit mencari barangnya memang sulit, barang sulit konsumsi tinggi otomatis harga naik ini hukum ekonomi pasar, karena memang permintaan tinggi tapi stoknya enggak banyak, ini yang perlu diantisipasi,” tutupnya.