Pertanianku — Pelarangan ekspor minyak kelapa sawit mentah (CPO) dan minyak goreng berlaku efektif mulai 28 April hingga 22 Mei 2022. Kebijakan tersebut rupanya sempat membuat harga tandan buah segar (TBS) sawit jatuh, bahkan beberapa produk tidak terserap oleh pasar. Setelah larangan tersebut dicabut, harga minyak kelapa sawit kembali membaik, terpantau mengalami kenaikan.

Melansir dari laman Indonesia.go.id, Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) menyebutkan, harga TBS di tingkat petani telah naik di atas Rp2.000 per kilogram pada 20 Mei.
Sebelumnya, petani yang tergabung di Apkasindo sempat mengeluh dan protes terhadap kebijakan tersebut. Bahkan, petani menggelar aksi di depan kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian di Jakarta.
Menurut Apkasindo, harga TBS kebun plasma sudah mencapai Rp2.548 per kilogram dan untuk kebun swadaya sebesar Rp2.011 per kilogram. Sebelumnya, saat kebijakan larangan diterapkan, harga TBS per kilogram untuk produk petani swadaya hanya Rp1.500, sedangkan untuk plasma hanya Rp1.800 per kilogram. Apkasindo berharap masih ada kenaikan mencapai Rp2.800 sampai Rp3.800 per kilogram TBS.
Sebelum pandemi atau lebih tepatnya menjelang akhir 2019, harga minyak CPO di sentra-sentra produksi sawit masih berada pada Rp7.000 per kilogram. Bila rata-rata sepanjang tahun harga CPO stabil pada kisaran tersebut, petani yang memproduksi 4 ton CPO dapat menerima Rp28 juta.
Harga CPO biasanya sebesar empat kali harga tandan buah segar. Jadi, ketika harga CPO Rp7.000 per kilogram, harga TBS sawit di tingkat petani sebesar Rp1.750 per kilogram.
Puncak kenaikan harga CPO terjadi pada Maret 2022 karena perang di Ukraina dan terjadi kenaikan harga minyak nabati. Harga CPO di daerah-daerah dapat mencapai Rp15.000 per kilogram. Dari setiap 1 kg CPO dapat diolah menjadi 683 gram minyak goreng. Itu sebabnya pada bulan tersebut terjadi kenaikan harga minyak goreng mencapai Rp25.000 per liter di pasar.
Pencabutan larangan ekspor yang dikeluarkan pemerintah disambut suka cita oleh pekebun. Hal ini karena pada puncak panen Mei 2022, sekitar 2 ton TBS dari 1 hektare lahan sawit dapat terserap dengan baik.