Pertanianku — Kita patut bergembira karena hasil produksi sapi perah dan sapi potong sejumlah 2,7 juta ekor dari program Upaya Khusus Sapi Indukan Wajib Bunting (Upsus Siwab) bisa mulai dinikmati pada 2020 mendatang.

Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, I Ketut Diarmita mengatakan, selama dua tahun Upsus Siwab berjalan sudah melahirkan 2,74 juta ekor. Berdasarkan jumlah tersebut, 500.000 di antaranya merupakan sapi perah, sedangkan 2,2 juta ekor sisanya, yaitu sapi potong.
Ia menyebutkan, jumlah sapi perah yang dilahirkan lebih sedikit karena populasi jenis itu pun terbatas yakni 250.000 ekor jantan dan 250.000 ekor betina. Selain itu, Upsus Siwab menurutnya lebih memfokuskan pada penambahan populasi sapi potong supaya produksi daging sapi juga meningkat.
“Dari kelahiran 2,7 juta ekor sapi perah tidak begitu banyak. Kami fokus kepada sapi potong, kalau lahir 2017—2018 kemungkinan baru bisa potong tiga tahun lagi,” katanya.
Bahkan ia mengatakan, dalam setahun sebenarnya sapi yang dipotong dalam negeri sebanyak 2,3 juta ekor atau setara dengan 660.000 ton produksi daging sapi. Jumlah tersebut setara dengan yang dilahirkan dalam dua tahun terakhir. Akan tetapi, Ketut menyampaikan, meskipun pada 2020 bisa menikmati hasil dari lonjakan populasi sapi tapi hal tersebut juga seiring dengan pertambahan populasi manusia.
“Selama ini 67% produksi sapi dipotong dari sapi lokal. Dengan program ini kita bisa menambah peningkatan populasi sapi karena konsumen pasti akan bertambah lagi. Loncatan konsumsi penduduk juga ada. Apakah tren keduanya akan seimbang, menurut saya populasi sapi harusnya bertambah dua kali lagi,” katanya.
Berdasarkan data Kementerian Pertanian, pertumbuhan populasi Upsus Siwab (2014—2017) mengalami kenaikan sebesar 3,86 persen per tahun, dibanding dengan sebelum program GBIB (Geretak Birahi dan Inseminasi Buatan) dan Upsus Siwab (2012—2014) dengan rata-rata pertumbuhan per tahunnya sebesar 1,03 persen.
“Esensi Upsus Siwab adalah mengubah pola pikir petani ternak domestik yang cara beternak peternaknya selama ini masih bersifat sambilan diarahkan ke praktik beternak yang menuju ke arah profit dan menguntungkan bagi peternak,” ungkap dia.
Menurutnya, selain percepatan peningkatan populasi sapi dan mengubah pola pikir peternak, dampak Upsus Siwab juga mampu menurunkan pemotongan betina produktif. Pemotongan sapi dan kerbau betina produktif secara nasional pada periode Januari sampai November 2018 sebanyak 8.514 ekor.
Jumlah pemotongan tersebut menurun 57,12 persen dibandingkan dengan pemotongan sapi dan kerbau betina produktif pada periode yang sama pada 2017.
“Upsus Siwab juga telah mampu menghasilkan sapi-sapi yang berkualitas dengan peningkatan kualitas sumber daya genetik ternak sapi. Untuk meningkatkan produksi daging sapi, Kementan juga melakukan pengembangan sapi Belgian Blue yang memiliki perototan besar yang beratnya bisa mencapai diatas 1,2 ton sampai 1,6 ton,” tambahnya.