Pertanianku — Setelah heboh soal penemuan ikan arapaima di Sungai Brantas, Sidoarjo, kini kabar tentang ikan raksasa tersebut kembali muncul. Tersebar foto dan video yang menampilkan bangkai arapaima diangkut dengan sepeda motor kemudian viral di media sosial.
Ikan raksasa itu adalah ikan Arapaima gigas, jenis ikan yang beberapa waktu lalu menjadi perhatian masyarakat di sekitar sungai di Mojokerto dan Sidoarjo, Jawa Timur. Dari informasi yang dihimpun, disebutkan bahwa ikan arapaima yang berukuran sekitar 1,5 meter itu berasal dari sebuah kolam di daerah Palas, Pekanbaru, Riau.
“Ikan mati… ludes dia puluhan juta,” tulis Helthi Epy Sipayung yang dalam akun Facebook-nya membagikan beberapa foto ikan bersisik kemerahan itu.
Namun, tidak diketahui bagaimana ikan asli Sungai Amazon itu bisa mati. Saat dimasukkan ke keranjang besi kecil yang ada di sebuah sepeda motor, ikan itu menjadi perhatian warga.
“Baru hari ini melihat ikan sebesar in. Ya, ampun kaget,” tulis Suani Hia di Facebook.
Beberapa warga yang mengunggah foto dan video ikan ini ada yang salah dengan menyebut ikan itu adalah ikan arwana. Bahkan, dalam sebuah video terlihat beberapa orang mencabuti sisik ikan mati itu. Seseorang mengatakan, dirinya mengambil sisik itu untuk jimat.
Arapaima, pirarucu, atau paiche (Arapaima gigas) adalah jenis ikan air tawar terbesar di dunia yang berasal dari perairan daerah tropis Amerika Selatan. Ikan ini dapat tumbuh maksimal sepanjang 3 meter dan berat 200 kilogram dan merupakan ikan predator.
Andreas Agus Kristanto Nugroho dari Education Program Ecoton mengimbau agar masyarakat yang memelihara ikan jenis ini tidak melepas ke sungai karena termasuk ikan predator yang membahayakan ekosistem Sungai Brantas.
“Ikan ini termasuk ikan predator yang bisa menghabiskan ikan lokal di Sungai Brantas dan bisa juga menyebarkan penyakit yang mungkin tidak dikenal di perikanan Indonesia,” lanjut Andreas, mengutip Tribun News Riau.
Oleh karena itu, Ecoton terus berkoordinasi dengan perangkat desa setempat dan Dinas Perikanan Jawa Timur terkait persoalan ini.
Bangkai arapaima dianggap titisan leluhur
Sebelum membuat heboh di Sidoarjo, ikan jenis ini pernah juga membuat heboh di Sumatera Utara, tepatnya di Kota Pematangsiantar pada 2011 silam. Saat itu, bangkai ikan raksasa yang ditemukan terdampar di DAS Sungai Sibulangbulang, Siantar Martoba, Sabtu (11/6/2011), membuat warga bertanya-tanya karena baru sekali melihatnya.
Ikan yang memiliki panjang sekitar 1,5 meter dan bobot 50 kg ini punya ciri khas ikan prasejarah yang ekornya pendek dan berisi daging padat. Dengan kepala sebesar kepala orang dewasa, sisik hitam, perut putih, dan bagian bawah bersemburat merah yang membuat ikan ini mirip arwana, makhluk air ini dianggap aneh oleh warga.
Untuk menarik perhatian, seorang laki-laki berteriak bahwa ini adalah ikan keturunan buaya.
“Sungai sekecil itu kok bisa ada ikan sebesar ini?” kata Pansur Sinaga warga Tanjung Pinggir yang kamar mandi di belakang rumahnya dipakai untuk memajang ikan itu.
“Ada yang bilang ikan gabus. Tapi, kalau gabus kan punya gigi,” tambah Pansur.
Ikan ini pertama kali ditemukan Lela Siregar, murid SMUN 2 Pematangsiantar dan ketiga temannya sekitar pukul 11 siang. Melihat ikan besar berwarna dominan hitam dan semburat merah di bagian ekor itu, Lela langsung mengadu kepada orang dewasa yang ia kenal.
Menurut Pansur, saat ditemukan pertama kali, makhluk itu masih menggelepar di sekitar tangkahan batu tersebut. Namun, ketika dia dan rekan-rekan lain akan mengangkat, ikan sudah sekarat. Setelah diangkut dengan becak ke rumah Pansur, ikan itu pun mati.
Ikan sempat dikubur, berselang lima belas menit setelah dikubur, keluarga Sinaga datang dan meminta ikan tersebut. “Mereka bilang ikan itu namboru (bibi) mereka. Kami dikasih sirih sebagai tanda permintaan,” kata Pansur.
Karena merasa sedang berurusan dengan kehormatan leluhur orang lain, ia pun merelakan kuburan ikan digali. Ikan raksasa pun berpindah ke rumah Maju Sinaga. Ikan diletakkan di sebuah ranjang yang rapi, dengan mangkok berisi beras, telur ayam, dan jeruk purut di sampingnya.
Maju Sinaga mengatakan, Senin dini hari (12/6/2011) keluarganya akan membawa ikan tersebut ke kampung mereka di Kecamatan Mogang, Samosir. Nantinya ikan ini akan dilarungkan ke Danau Toba supaya bisa kembali ke hadapan namboru mereka. Di Mogang, katanya, sudah akan ada sanak saudara yang menyambut.
Berbeda seperti penuturan warga kepada Tribun Medan, keluarga Sinaga rupanya percaya ikan ini adalah sampan bagi leluhur mereka itu.
“Saudara kami didatangi namboru di dalam mimpinya tiga hari sebelum ikan itu ditemukan. Namboru menyuruh kami mencari solu-nya (sampan) yang hanyut,” kata seorang perempuan muda kerabat Maju Sinaga.
Maju Sinaga mengaku tidak peduli jika orang lain menganggap aneh perlakuan mereka terhadap si ikan raksasa. “Biarlah orang menganggap orang aneh. Ini kepercayaan kami. Memang sudah sejak dulu begini,” katanya.