Pertanianku – Hemat air atau yang biasa dikenal dengan sistem sprinkle, pertama kalinya dioperasikan di Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Bupati Malang Rendra Kresna mengatakan irigasi dapat dimanfaatkan untuk pengairan lahan pertanian. Dibandingkan dengan sistem irigasi konvensional, irigasi sprinkle memanfaatkan gravitasi bumi. “Irigasi yang memanfaatkan gaya gravitasi bumi ini sangat efisien dan hemat air serta mempermudah petani untuk mengairi lahannya,” ujar Rendra.
Penerapan irigasi itu menjadi proyek percontohan se-Indonesia. Di area seluas satu hektar dibutuhkan 60 sprinkle untuk mengairinya. Kebutuhan pemercik bisa ditekan hingga 20 unit, tetapi memerlukan tenaga tambahan untuk memindahkan alat tersebut ke lahan yang akan dialiri air. Biaya pembuatan sistem sprinkle memerlukan biaya lebih besar dibandingkan sistem irigasi lainnya. Namun, sistem tersebut akan lebih efisien dan bermanfaat pada kelanjutannya.
Rendra berharap lahan pertanian di wilayah Kabupaten Malang dapat bermanfaat lebih besar lagi dengan pemanfaatan irigasi ini. “Harapannya dapat meningkatkan penghasilan masyarakat petani, apalagi sprinkle hemat air. Jadi bagus untuk ke depan,” tutur Rendra.
Kepala Dinas Pengairan Kabupaten Malang Wahyu Hidayat mengatakan, para petani sempat pesimis pada awal uji coba sprinkle. Setelah terbukti efisien, masyarakat baru menyambut positif. Masa uji coba sistem irigasi hemat air itu berlangsung selama tiga bulan pada 2015. Hasilnya terbukti lebih efisien. Oleh karena itu, Pemkab Malang meluncurkan sistem itu secara resmi. “Sudah banyak lembaga yang datang untuk studi banding ke sini, seperti ITB, IPB, dan USAID. Ke depannya kita akan kembangkan di daerah lainnya juga,” jelas Rendra. Irigasi sprinkle menjadikan sistem pengairan di lahan pertanian lebih efisien. Air dapat diambil dari jarak yang jauh dengan dibuatkan penampungan atau reservoir.