Pertanianku – Dalam menangkarkan murai, dana atau biaya yang dibutuhkan tergolong besar. Demikian pula dengan risikonya. Modal untuk tempat atau kandang penangkaran serta tempat khusus merawat indukan, calon indukan, anakan, dan tempat pemasteran pastinya cukup besar. Untuk membuat 1—2 kandang semipermanen dari bahan bata merah atau batako, dana yang diperlukan bisa mencapai jutaan rupiah. Selain itu, ada biaya-biaya lain yang berkaitan dengan kelengkapan kandang serta untuk kenyamanan dan keselamatan burung.
Biaya lain berupa pembelian calon indukan yang belum siap dijodohkan dan harus dirawat dulu sampai beberapa bulan atau menunggu bulunya rontok terlebih dahulu. Harga murai calon pejantan yang secara fisik dan ciri suaranya cukup baik di atas Rp5 juta per ekor. Demikian juga dengan harga murai aceh. Burung murai medan dan murai asal daerah lain dari Sumatera harganya sekitar Rp1,5—2 juta/ekor untuk jantan yang kualitasnya baik. Adapun kisaran harga murai betina hasil penangkaran dari peternak umumnya Rp1,5—5 juta/ekor. Bredeer umumnya membandrol cukup tinggi karena tidak berniat menjual dan akan memakai sendiri. Untuk betina bakalan hasil buruan liar di habitatnya, terutama murai betina asal Medan dan Aceh, harganya di atas Rp500 ribuan per ekornya.
Untuk pasangan murai yang sudah berjodoh dan siap kawin, harga yang ditawarkan peternak tergantung dari kualitas indukannya. Harga pasangan indukan yang sudah siap kawin dan pernah berproduksi sekitar Rp15—25 juta/ekor. Untuk pasangan indukan unggulan dan pernah berprestasi di gelanggang kontes, harganya bisa lebih besar dari itu.
Dalam teori dagang atau ekonomi, semakin besar keuntungan yang diperoleh, semakin besar risiko yang diterima. Demikian juga dalam menangkarkan murai. Risiko usahanya perlu diperhitungkan dan dipertimbangkan karena harga murai sudah terbilang cukup mahal. Adapun risiko yang kemungkinan ada dan tidak dapat diabaikan, di antaranya calon indukan yang dibeli mati saat dirawat atau ditangkarkan dan murai yang dipasangkan bermasalah dan tidak produktif dengan berbagai sebab.
Sumber: Buku Sukses Beternak Murai Batu