Pertanianku — Tentu saja masyarakat Indonesia sudah tidak asing dengan ikan mas, ikan air tawar yang cukup sering dikonsumsi dengan berbagai macam menu olahan. Namun, tahukah Anda bahwa akhir-akhir ini ikan tersebut menjadi salah satu hama yang cukup meresahkan di Australia, bahkan jumlah hama ikan mas di daerah tersebut membludak dan memenuhi saluran air di negeri kangguru tersebut.

Dilansir dari laman abc.net.au, Kepala Ilmuwan Institut Arthur Rylah Bidang Penelitian Lingkungan, Jarod Lyon mengatakan bahwa 96 persen ikan mas ditemukan di kawasan pantai timur Australia. Menurutnya, di beberapa lahan basah jumlah ikan bisa mencapai 1.000 kg per hektare.
Jumlah ini terbilang sangat fantastis dan berdampak langsung terhadap berbagai jenis biota, tumbuhan air, ikan, burung, dan binatang lainnya yang berada di perairan tersebut.
Di Australia, ikan mas terkenal sebagai ikan pemakan lumpur dan perusak kualitas air. Keberadaan ikan tersebut dapat mengancam keberlangsungan hayati di Australia. Oleh karena itu, pemerintah perlu mengendalikan populasi ikan tersebut agar tidak menimbulkan dampak yang cukup parah.
Pemerintah Federal Australia menggelontorkan dana sebesar 15 juta dolar Australia untuk meneliti kemungkinan penyebaran virus herps ikan mas yang dianggap kontroversial pada Mei 2016. Namun, masih banyak nelayan yang cukup skeptis terhadap virus tersebut dan dampak yang bisa ditimbulkan ikan mas terhadap spesies lainnya.
Ikan mas terbilang cukup produktif, satu kali pembuahan bisa menghasilkan telur sebanyak 300.000 telur. Untuk satu kali pembiakan, berpotensi menghasilkan sebanyak 1 juta telur.
Gary Warrick, salah seorang peneliti yang terlibat dalam tim Rencana Pengendalian Ikan Nasional di Sungai Riverland mulai membantu untuk menyelamatkan habitat ikan mas tersebut dengan menangkap ikan mas di Danau Bonnner dan anak sungai lainnya.
Ikan air tawar ini telah dianggap membawa perubahan buruk pada perairan di daerah tersebut. Salah seorang warga Riverland bernama Kym Manning mengatakan bahwa dirinya baru menjumpai ikan mas di sungai tersebut pada 1970-an. Setelah itu, kondisi perairan di daerah tersebut terus mengalami perubahan dari waktu ke waktu.