Ilmuwan Lakukan Modifikasi DNA Tanaman Cokelat Agar Tidak Punah

Pertanianku — Pada 2050, cokelat diprediksi akan mengalami kepunahan. Para ilmuwan mengindikasi bahwa hal tersebut terjadi karena perubahan iklim yang drastis, terutama karena kelembapan udara yang berkurang dan juga kenaikan suhu. Untuk itu, mereka mencoba melakukan modifikasi DNA tanaman kakao agar cokelat tidak punah.

modifikasi DNA tanaman kakao
Foto: Pertanianku

Cokelat adalah salah satu kudapan yang disukai banyak orang. Berdasarkan prediksi mengenai kepunahan cokelat, ilmuwan sudah mengambil ancang-ancang untuk menyelamatkan cokelat dan biji-bijian lainnya. Mereka menggunakan teknologi CRISPR (Clustered Regularly Interspaced Short Palindromic Repeats).

CRISPR merupakaan alat yang memungkinkan peneliti untuk mengubah kode genetik. Selama ini, CRISPR lebih terkenal sebagai teknologi pengeditan gen yang digunakan untuk menciptakan bayi. Selain itu, teknologi ini juga biasa digunakan untuk memberantas penyakit atau mengembalikan spesies mammoth wol yang sudah punah.

Dengan menggunakan CRISPR, mereka memodifikasi DNA tanaman cokelat supaya dapat tumbuh pada ketinggian yang berbeda dibanding saat ini. Selain itu, tanaman cokelat yang dihasilkan lewat CRISPR juga nantinya akan dibuat tahan terhadap hama dan penyakit.

Langkah tersebut diambil oleh para ilmuwan dari University of California, Berkeley, dan perusahaan pangan global, Mars. Keduanya berkolaborasi menciptakan tanaman kakao yang dapat bertahan dalam suhu lebih hangat dan kondisi lebih kering. Kemampuan untuk tumbuh di berbagai ketinggian adalah kunci untuk tanaman tetap hidup.

Hal ini sesuai dengan laporan yang dikeluarkan National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) pada Februari 2016 lalu. NOAA menyebutkan bahwa pohon kakao hanya bisa tumbuh pada suhu 20 derajat Celcius di utara dan selatan khatulistiwa. Selain itu, pohon kakao juga membutuhkan kelembapan tinggi, hujan lebat, kaya akan nitrogen tanah, dan suhu yang stabil untuk berkembang.

Dari analisis tersebut, para ilmuwan memprediksi bahwa kenaikan suhu dan kelembapan di masa depan akan memengaruhi tiga negara yang aktif memproduksi kakao. Ketiga negara tersebut antara lain Pantai Gading, Ghana, dan Indonesia.

Jennifer Doudna, seorang ahli biokomia dari UC Berkeley yang mengawasi kolaborasi dengan Mars mengatakan, CRISPR memiliki implikasi pada genetik. Artinya, alat ini cenderung akan memberikan dampak yang lebih serius pada makanan.

“Banyak proyek melindungi tanaman dari perubahan iklim yang dirancang menggunakan CRISPR. Ini akan membantu petani dan industri,” katanya.