Pertaninaku – Pemerintah telah mengeluarkan kebijakan impor daging beku asal India guna memenuhi kebutuhan di masyarakat menjelang Idul Fitri mendatang. Namun, Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia menilai kebijakan pemerintah tersebut menekan peternakan rakyat. Jika hal ini terus berlangsung dalam jangka panjang, bisa mengakibatkan matinya sektor peternakan lokal karena dinilai tidak lagi menguntungkan sehingga ditinggalkan para peternak.
Ketua Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia (PPSKI) Teguh Boediyana mengatakan kebijakan impor daging beku asal India menimbulkan distorsi harga di dalam negeri, yakni telah menekan harga ternak lokal yang umumnya diproduksi peternak rakyat.
“Ada indikasi harga sapi lokal saat ini turun hingga 50 persen bahkan tingkat pemotongan sapi lokal di rumah potong hewan (RPH) menurun hampir 50 persen karena diisi daging sapi India,” kata Teguh, seperti mengutip Antara (8/6).
“Kalau tidak ada peternak maka Indonesia bisa menjadi net importir daging. Sedangkan untuk memulai membangkitkan usaha peternak dari nol lagi sangat berat,” tambahnya.
Saat ini jumlah pelaku usaha peternakan rakyat mencapai 5,5 juta kepala keluarga dengan populasi sapi sebanyak 20,5 juta ekor. “Komitmen pemerintah pada peternakan rakyat dipertanyakan, jika (peternakan rakyat) sampai mati maka menimbulkan implikasi sosial, politik dan ekonomi di perdesaan. Filipina yang salah kebijakan di sektor peternakan sekarang menjadi net importir,” ungkap Teguh.
Sekjen PPSKI Rochadi Tawaf pun turut angkat suara dan mengatakan, hingga saat ini para peternak lokal sudah tidak lagi berorientasi pada bisnis ternak sapi potong harian, tetapi sudah berpindah menjadi bisnis jual beli sapi hidup ketika Idul Adha.
Rochadi menyebutkan harga ternak saat Idul Adha lebih tinggi dibandingkan puasa ataupun Idul Fitri. Misalnya, sapi hidup saat Idul Adha mencapai Rp60.000—Rp65.000 per kg, sedangkan hari-hari biasa hanya Rp47.000 per kg hidup.
“Peternak lokal orientasi produksi harian dijagal setiap hari sekarang berubah jadi setahun sekali di Idul Adha,” tambahnya.
Menurutnya, kebijakan yang diambil pemerintah saat ini, salah satunya menggelontorkan daging impor beku, dinilai peternak terlalu mengintervensi bisnis sapi potong lokal. Hal tersebut menyusul penyebaran daging impor beku yang mulai menembus pasar di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
“Dengan intervensi daging impor, ya udah bubar (peternakan rakyat). Daging India juga sudah masuk ke Jateng dan Jatim. Peternakan rakyat seakan tidak boleh tumbuh,” ungkapnya.